Jumat, 30 April 2010

Cerpen

Akhir Cinta Seorang Pembalap
By : Agnes

Siang itu. Seperti biasanya Diana menunggu bis dihalte bis dekat dengan sekolahnya. Sambil menunggu, seseklai Diana menggerakkan kakinya mengikuti nyanyian kecil yang ia keluarkan dari bibir tipisnya. Mungkin karena terlalu lama menunggu, perut Diana mulai terasa nyeri. Karena sejak disekolah tadi. Diana sama sekali tidak pergi jajan kekantin, atau memakan bekal persiapan Mamanya.Mama Diana sengaja membuatkan bekal makan siang, karena Diana selalu tidak sempat makan dirumah. Diana sekolah di SMA Internasional English dikotanya. Mulai belajar pukul 07.30 dan pulang 15.30. Mama Diana tidak mengizinkan anak semata wayangnya ini untuk keluyuran kalau waktu luang Diana diisi dengan bermain. Makanya Mama Diana memasukkanya kekursus Piano.
Baru saja Diana ingin membuka bekal miliknya, seketika Diana dikagetkan dengan suara deru motor yang sangat keras. Dianapun menoleh keatah Motor yang semangkin mendekatinya. Diana sama sekali tidak bisa melihat sipengemudi, karena tertutupi helm. Awalnya Diana tidak berfikir kalau sipemilik motor bertujuan mendekatinya. Tapi sesaat kemudian Motor itu sudah berhenti tepat didepan Diana. Tentu saja membuat Diana kalang kabut. Ditambah lagi dia sama sekali tidak mengenal sipengemudi tersebut. Sedetik kemudian Pengemudi motor sudah membuka helmnya dan menatap Diana penuh keseriusan. Sementara Diana berusaha menenangkan Jantungnya yang merasakankan ketakutan yang teramat sangat. Sekarang ini musim terjadi penculikan, pemerkosaan dan mutilasi. Diana tidak ingin hal itu terjadi padanya. Dia harus minta pertolongan, tapi pada siapa. Keadaan halte sangat sangat sepi.
” Hai Aku Lucky..” Ternyata pengemudi itu bernama Lucky. Dia bertanya dengan lembut pada Diana dan tidak ada sama sekali menyatakan kalau dirinya seorang penculik. Dengan gugup Diana menyambut uluran tangan Lucky yang sedari tadi menunggu.
” A.aku.. Diana.. ada perlu apa ya..?” Tanya Diana dan mulai merasakan tenang.
“ Sedang apa disini..?” Lucky duduk disebelah Diana dan memangku helm besarnya.
“ Heh.. biasanya kalau orang di Halte itu mau ngapain. Gak mungkin nungguin tukang baksokan. Pastinya nungguin Bis..” Ketus Diana sewot. Lucky malah tertawa.
“ Jutek juga kamu ya. Tapi sampai kapan kamu nungguin bis itu. Sampai nanti sore juga gak akan datang datang.” Ujar Lucky dan menjauhi Diana. Lucky kembali ke atas motornya.
” Ta..tapi.. kenapa...?” Sekarang Diana semangkin takut. Pantesan tidak ada orang yang menunggu disini.
” Bis satu satunya yang menuju kesinimendapat masalah. Tepatnya kecelakaan.” Lucky memakai helmnya dan menghidupkan mesin motornya.
” Ja..jadi aku.. aku gimana...?” Diana menunjuk mukanya. Kali ini wajah Diana sudah terlihat pucat.
” Mana aku tau. Aku saja baru pertama kali jalan dari sini.” Lucky menjalankan motornya pergi. Diana hanya duduk lemas terdiam membisu seperti orang bodoh, uangnya hanya cukup untuk ongkos naik Bis. Kalau naik taksi. Mana mungkin cukup. Lagipula kalau naik bis biasanya akan mendapat harga lebih murah karena memakai seragam sekolah.
” Diana... itukan nama kamu...? apa perlu tumpangan...?” Lucky kembali lagi. Dan berhenti ditempat dimana dia berhenti tadi. Diana menoleh.
” Memangnya boleh..? rumah aku jauh lho. Kalau naik bis juga pasti muter muter. Terkadang jadi penumpang terakhir.” Diana mendekati Lucky. Lucky kembali tersenyum.
” Kalau menolong orang. Sejauh apapun gak apa apa deh..” jawabnya singkat. Diana membalas senyuman Lucky. Untung ada Lucky. Lucky memang membawa keberuntungan. Lalu Diana naik keatas motor Lucky. Sesaat diperhatikan motor ini sama persis dengan motor pembalap. Jangan jangan Lucky itu seorang pembalap.
” Lucky.. kamu masih pelajar atau kuliah..?” tanya Diana saat sudah berada diatas motor Lucky.
” Aku..? baru Lulus SMA 1tahun yang lalu. Dan sekarang sedang menikmati hidup sebagai pembalap..” jawab Lucky. Benar dugaan Diana Lucky seorang pembalap.
” Memangnya gak takut terjadi apa apa.. kecelakaan misalnya..?” tanya Diana lagi. Lucky sudah menghidupkan mesin motornya dan siap akan melajut.
” Kalau memang ajal sudah tiba. Mati ya mati...” Lucky menjalakan motornya perlahan.
” Orang tua..kamuu...aaaaaaa....” tidak bisa ditahan. Lucky sudah melajukan motornya dengan kencang. Diana yang belum sipa sedia hampir saja terjatuh karena laju motor Lucky.
*******


Sesampainya dirumah Diana.
” Makasih ya Ky udah nganterin aku...” Diana turun dari motor Lucky. Lucky kembali tersenyum.
” Sama sama.. Oiya.. aku tadi lihat kamu bawa bekal ya..? boleh buat aku aja gak..?” tanya Lucky.
” Lho. Kamu kok bisa tau..?’ tanya Diana heran.
” Aku.. dari tadi itu merhatiin kamu. Habis kasian kamu sendirian di sana. Makanya aku samperin. Tapi tadi aku sempat ngeliat juga kalau kamu ngeluarin bekal. Buat aku boleh kan...?” tanya Lucky lagi. Diana mengangguk dan mengeluarkan tempat bekalnya, lalu memberikannya pada Lucky.
” Sebagai ucapan terima kasih aku untuk kamu...” Diana menyodorkan tempat bekalnya. Lucky menyambut dengan gembira. Diana sudah akan meninggalkan Lucky ketika kembali lagi Lucky menahannya.
” Di.. aku boleh minta nomer hp kamu gak..?” tanya Lucky. Diana terdiam.
” Untuk apa..?” tanya Diana berbalik.
” Ya untuk mepererat pertemanan kita. Dan siapa tau kalau kamu sendirian di halte lagi. Kamu bisa minta jemput sama aku. Biar aku anterin pulang deh..” Diana tersenyum dengan penuturanLucky. Dan langsung memberikan nomer handphonenya. Sesaat kemudian Lucky sudah beranjak meninggalkan pekarangan rumah Diana dan menghilang diperbelokan jalan.

*******

Malamnya Diana sedang belajar dikamarnya, ketika hpnya berbunyi. Sebuah nomer baru. Dia yakin ini pasti Lucky.
” Hallo.. ” Jawab Diana.
” Hallo Diana. Selamat malam. Lagi ngpain nih. Aku gak ganggukan..?” tanya Lucky datar. Diana tertawa kecil. Sambil merebahkan tubuhnya ditempat tidur.
” Gak ganggu kok. Diana lagi belajar. Tapi udah selesai..” jawab Diana.
“ Oh gitu.. malam ini apa butuh bantuan aku untuk nganterin kamu..?” tanya Lucky lagi. Diana kembali tertawa.
” Mau kemana malam malam gini...” tanya Diana lagi.
” Ya siapa tau mau ketemu pacar kamu. Aku mau kok nganterinnya..”
” Ih pacar apa.. akunya aja gak punya pacar..”
“ Ah bohong nih ya.. trus Egi itu siapa…?”
“ Egi.. kok bisa tau.. Egikan temennya diana,mana mungkin pacaran. Ngasal nih ya..”
” Temen atau demen..?”
” Ya ampun Ky.. sekarang gini deh. Lucky itu siapa.. karena jelas jelas Egi itu temennya Diana. Kalau emang Lucky kenal sama Egi. Lihat deh. Diakan kayak banci gitu. Mana mungkin jadi pacarnya Diana. Hayo ketahuan.. bohong. Kasi tau deh. Lucky siapa..” Paksa Diana.
” Males ah ngasi tau sekarang. Gini deh. Besok disekolah tanya aja sama temen temen Diana. Siapa sih Lucky Trianda. Aku yakin temen temen saku sekolahan kamu pasti kenal deh siapa aku..” ujar Lucky menjelaskan.
” Oh ya. Ok deh, kalau gitu ntar aku tanya deh sama teman temanku. Kalau gitu berarti kamu udah kenal sama aku dong..?” Diana semangkin penasaran.
” Kenal dong. Diana Regina, kelas XI Alam 2 Di SMA Angkasa Bangsa. Cita citanya jadi Pramugari. Putri tunggal yang oaling disayang dan dimanja ibunya, paling dekat sama temen cowok yang namanya Egi. Iyakan..” jawab Lucky.
“ Ok ok.. kamu siapa sih. Jangan buat penasaran bisa gak..?” ujar Diana.
“ Ya udah deh. Udah malem nih. Besok aja tanya sama temen kamu Ok. Tha tha....?” Lucky memutuskan telpon dengan kebingungan diana yang masih memuncak.
*******

Besoknya disekolah. Diana langsung bertanya untuk memastikan pada Ina teman sebangkunya.
” Lucky.. Lucky Trianda.. kayaknya aku kenal. Siapa ya.. emm. Tunggu ya aku tanya Melda dulu...” Ina meninggalkan Diana sesaat dan kembali lagi.
“ Oh iya.. aku kenal. Itukan anak Bapak Kepala Sekolah kita. Diakan sering datang kesini buat ketemu Bapak Kepala. Dan kata Melda sih dia juga sering nanyain satu orang cewek. Tapi sampai sekarang banyak yang belum tau siapa cewek itu. Tapi kamu kenalnya gimana..?” tanya Ina bergantian dia yang penasaran.
” Oh gak.. Cuma kebetulan ketemu aja..” jawab Diana.
” Elo kenal sama Lucky..? kapan Di..? jadi di udah ngungkapin perasaan dia ke Elo..?” Lina kembaran Ina mendekati kami.
” Ungkapin perasaan apa sih Lin..?” tanya Diana bingung.
” Sini deh gue kasi tau. Menurut gue sih udah banyak yang tau tentang gosip ini. Lucky itu sering nanyain tentang kamu. Kamu pacarnya siapa. Kenapa bisa deket banget sama Egi. Rumah kamu dimana. Pokoknya semuanya deh..” Lina menjelaskan. Diana dan Ina mendengar dengan seksama.
” Tapi buat apa semua itu..?” tanya Diana. Lina malah menghela nafas.
” Elo bego atau pura pura bego. Dia itu udah lama suka sama elo. Bisa dibilang cinta sama elo..” Lina Melanjutkan.
” Ada ada aja deh. Masak sih bisa gitu. Akukan baru kenal sama dia..” Diana tergagap.
” Elo emang baru kenal. Tapi Luckynya udah kenal elo sejak lama. Kalau dulu nih. Ada lagunya tuh Terpesona kupada pandangan pertama.. dan tak kuasa menahan rinduku.... mungkin gitu deh si Lucky..” Diana bertatapan dengan Ina. Sungguh Lina benar benar aneh.
” Aku gak percaya..” ujar Diana lagi, dan masuk kedalam kelas bel pelajaran kembali dimulai membuat mereka harus memberi jeda pembicaraan mereka.
” Pokoknya dia itu adalah Boy special kamu Di. Katanya kamu pernah kejatuhan sapu tangan, dan sampai sekarang masih disimpan sama Lucky.” Ina menambahi.
” Kamu tau juga..?” tanya Diana.
” Aku bukannya tau. Cuma dari kasak kusuk anak anak. Kalau memang kamu benar cewek yang dia suka. Berarti sapu tangan itu punya kamu.” Ina mengakhiri pembicaraannya dan Guru Biologi masuk kedalam kelas mereka.

*******

Saat Pulang
” Di.. ada yang nyariin kamu fren.. cakep lo orangnya...” Egi mendekati Diana yang mash merapikan buku bukunya.
” Oh ya.. dimana..?” tanya Diana tanpa melihat Egi. Ini yang dibilang Lucky pacarnya. Cowok paling feminime ini. Tidak mungkin.
” Eh banci kaleng. Gue kasi tau lo ya..jangan main main. Ntar gue tabok lo...” Ina mengajukan tinjunya tepat didepan wajah Egi. Tentu saja Egi terkejut.
” Digerbang tuh. Aku juga dengernya dari anak anak. Gue gak main main Na. kapan sih Egi ganteng becanda sama Ina yang cantik.” kata Egi sambil menurunkan tangan Ina, dan mencoba melepaskan kepalannya.
” Udah udah.. biar aku lihat, aku percaya kok sama Egi. Dia gak mungkin main main.” Kata Diana membela Egi. Egi tersenyum.
“ Tu Orangnya..” Tunjuk Ego begitu mereka sudah berada tidak jauh dari gerbang sekolah.
” Ina.. orang yang kalian ceritain apa bener itu orangnya...?” Diana seolah ingin meyakinkan.
” Iya bener. Itu orangnya Di. Dia yang sering nyariin cewek itu. Berarti memang bener kalau kamu cewek yang selama ini dia cari..” Kata Ina pada Diana.
“ Udah samperin gih..” Egi menolaknya. Dan Diana berjalan kearah Lucky. Begitu menyadari kehadiran Diana. Lucky tersenyum.
“ Aku sudah tau siapa kamu sekarang. Dan aku mau bicara sama kamu. Ikut aku ketaman belakang sekolah..” Diana berjalan lebih dulu meninggalkan Lucky. Dan Lucky mengikutinya. Tidak jauh dari tempat mereka. Ada seseorang yang melihat dari balik tirai jendela diruangannya. Dia melihat dengan seksama sambil tersenyum puas.
Sesampainya ditaman. Lucky yang sedari tadi sengaja mendorong motornya. Duduk diatas motor dan menghadap Diana.
“ Mau bicara apa..?” tanya Lucky penasaran.
“ Apa yang buat kamu sering nanyain aku. Bahkan ada yang bilang kamu suka sama aku. Apa itu bener..?” tanya Diana serius. Lucky menundukkan kepalanya. Dan beberapa saat kemudian. Lucky turund ari motornya dan mendekati Diana.
“ Mungkin kamu sudah tau kalau ini yang namanya aku mencintai kamu. Sesungguhnya aku suka dan pingin ngedapetin kamu..”
“ Tapi sekarang kamu salah pilih. Kalau sebenarnya Diana itu belum boleh pacaran sama Mama dan papa.. dan rasanya gak mungkin banget kalau aku sampai pacaran sama kamu. Secara kamu inikan anak kepala sekolah aku..” kata Diana dengan suara parau.
” Yang aku mau kamu cukup jawab iya saja. Kalau urusan Papa aku. Paapa setuju kalau aku jadian sama kamu. Karena kata Papa, kamu cewek paling cantik disekolah ini..” Jleas Lucky. Diana tersenyum lagi.
” Oh iya..hari minggu besok gak ada acarakan..?” tanya Lucky sambil menatap lusur kemata Diana. Diana menggeleng.
” Bagus deh kalau gitu. Karena ada pertandingan Balapan motor, aku ikut disana. Kamu ngeliat aku ya dan kamu supprt aku ya biar aku lebih semangat.” Lucky merapikan rambut Diana yang tergerai.
” Tapi aku perginya sama siapa. Akukan gak tau lokasinya dimana..” jawab Diana.
” Tenang. Sebelum tanding. Aku jemput kamu dulu. Pokoknya jam 8 pas aku jemput kamu. Kamu mesti sudah siap Ok..” Ujar Lucky lagi.
” ya sudah. Aku tunggu kamu didepan rumah aku.” Diana menyetujui ajakan Lucky.
” Ya sudah. Sekarang kamu aku antar pulang ya. Pokoknya besok kamu mesti udah siap siap, aku jemput Ok Sayang...” Diana mengangguk. Lucky mengantar Diana pulang.
*******

Dirumah Lucky. Papa Lucky meledeknya habis habisan.
” Cie.cie... anak papa udah ngedapetin wanita pujaannya nih...? PaPa salut sama kamu Ky. Kalau menurut Papa. Diana itu banyak banget yang ngincer. Eh gak taunya bisa pacaran sama anak kepala sekolah..” Ujar Papa Lucky sambil menutup koran yang sedari tadi dibacanya. Papa Lucky memang menunggu kepulanganLucky kerumah.
” Papa tau dari mana sih kalau Diana itu inceran banyak cowok..?” Lucky bertanya serius dan duduk disofa tidak jauh dari tempat ayahnya duduk.
” Siapa sih yang gak tau. Diana itu siswi yang dapat beasiswa. Diana itu siswi pinter dan baik lagi. Dia sering ikut olimpiade dan memenangkan Olimpiade antar sekolah dalam bidang study Kimia..” Papa Lucky menceritakan dengan berbinar. Lucky mengangguk
” Jadi Ky gak salah pilih kan Dad..?” Papa Lucky mengangguk dengan pertanyan Lucky.
” Yaudah.. Ku mau istitrahat. Besok ada pertandingan. Doain Ky ya Dad biar menang. Satu lagi. Ky akan bawa Diana resana, menyaksikan pertandingan Ky. Gak marah kan Dad” Kata Lucky lagi.
“ Kenapa mesti marah..? lagi pula papa udah sadar Pembalapnya Papa jatuh cinta sama diakan..?” ledek Papa Lucky.
“ Papa bisa aja..” Lucky merendah.
“ Huh.. giliran Lucky yang pacaran dibelain. Coba aku. Malah dilarang larang..” Reno Kakak pertama Lucky protes.
” Karena kalau kamu pacaran. Papa gak pernah tau. Jadi papa anggap kamu pacaran gak pernah jelas..” Papa Lucky beranjak meningggalkan Lucky dan Reno berdua.
” Secantik apa sih Diana itu. Udah jadi pacar kamu ya Ky..?” tanya Reno memastikan.
” Belum sih kak, dia juga belum jawab. Besok Ky ada balapan. Jadi selesai balapan Diana akan jawab. Kalau Ky menang jawabannya iya. Kalau kalah. Ku gak tau jawaban dia apa..” Lucky beralih menuju kamarnya.
Baru saja Lucky merebahkan tubuhnya ditempat tidur ketika Hpnya bergetar. Diana memanggil.
” Ada apa Di..? malam gini nelpon aku. Kangen ya. Tadikan kitaudah ketemu. Besok juga ketemu lagi..” jawab Lucky.
” Ih janan geer deh. Di Cuma nelpon untuk matiin, besok jadi ya pertandingannya..” tanya Diana.
” Jadi. Mana mungkin balapan ini dibatelin. Banyak yang keweca dong. Emangnya kenapa Di gak bisa ikutan ya..?” Tanya Lucky agak cemas
” Bu..bukan begitu. Aku kan Cuma nanyak kok kamu mikirnya aku gak bisa ikut sih. Gini aku Cuma mikir. Jawaban aku itukan aku jawab selesai balapan. Lucky harus janji selama balapa gak akan terjadi apa apa ya..” Suara Diana sedikit khawatir.
” Tenang.. Lucky akan baik baik aja kok. Ya udah sekarang istirahat kan besk kita ketemu ok.”
” Ya udah. Bye bye..” Diana mematikan telponnya.

*******

Besok paginya.
” Ma.. Diana pergi dulu ya..” Pamit Diana pada Mamanya.
“ Kamu mau kemana Di..?” Tanya Mama Diana seakan menahan kepergian Diana.
” Ini mam. Anu. Inikan hari minggu. Boleh dong kalau Diana jalan jalan. Ya please..” Diana memohon.
” Ya udah boleh deh. Tapi ingan pulangnya jangan kemaleman. Ok..” Mama Diana merapikan Cardigan putih yang dikenakan Diana.
” Sipp Mam. Ya udah dada mama..” Diana keluar dari rumahnya. Sesaat menunggu Diana memperhatikan sepatu yang dikenakannya. Ternyata sebelah masih belum rapi terikat. Dan Diana merapikan tali sepatunya tiba tiba terdengar suara deru motor milik Lucky.
” Hai Lady..? udah siap nih..?” tanya Lucky dan memperhatikan Diana.
” Emh.. belum masih ada tugas mau ngerapiin taman..” Diana melihat kearah kanan dan kirinya.
” Oh gitu..” Lucky sedikit kecewa.
” Aneh ya.. ya udah siap la. Masak udah cantil gini masih harus ngerjain yang lain.” Diana mendekat kemotor Lucky. Lucky tersenyum.
“ Lucu ya becandanya. Ya udah kamu yang bawa motorky ya..” Ledek Lucky.
“ Boleh. Tapi nanti ya kalau udah sampai waktu motornya lagi berhenti.” Jawab Diana dan naik keatas motor Lucky.
*******
sesampainya di arena balapan. Lucky memberi Diana duduk dimarkasnya. Dan memberikan tas miliknya pada Diana.
“ Jagain ya..” pesannya. Sesaat Diana menahan Lucky.
“ Ky.. aku akan jawab kalau kamu dapet juara 1, 2 atau 3. kalau dibawah. Aku gak mau jawab apapun..” ujar Diana.
“ Kok berat banget syaratnya. Ok deh. Aku akan berusaha..” Lucky merengue bahu Diana.
“ Doain aku ya. Agar seperti sekarang kembali pada kamu..” Kata Lucky lagi. Dia mengangguk dan Lucky meninggalkannya.
” Selamat siang para suporter balapan kali ini... sungguh luar biasa. Ini adalah pertandingan ke 4 dalam bulan ini. Dan kali ini pemenang unggul yang selalu menempati posisi pertama masih diduduki oleh Lucky dengan nomer motor 45. dan mereka sudah siap siap untuk mulai beradu di garis star.. ok mereka mulai beradu kencang. Siapakah kali ini yang akan jadi juara..” suara MC membuat keadaan mangkin riuh. Para pendukung tiap pembalap tidak kalah ribut. Dan Lucky. Dia sedang b erada diposisi ke dua.
” Tidak boleh begini. Tidak boleh.. aku mesti daet juara 1, demi jawaban Diana..” kata Lucky dalam hatinya dan kembali menggas kencang motornya melewati lawan didepannya. Di Markas Lucky. Diana terdiam dalam doanya. Terus berdoa untuk keselamatan Lucky.
” Lucky.. sebenarnya kamu dapat juara berapapun aku akan tetap nerima kamu. Aku Cuma bercanda mengatakan hal itu..” diana sedikit menyesal dengan syarat yang dia berikan untuk Lucky tadi.
” Yeah.... ini adalah Lap terakhir dari tiap pembalap. Yang tersisa hanya ada Lucky dengan nomer 45, ahmad dengan nomer 66. dan Jun dengan 72. siapakah dari antara mereka yang bertahan. Ok.. terus dan.. owww.. Jun terjatuh di perbelokan Akhir ini adalah kesempatan emas buat Lucky dan.. akhirnya suatu keberuntungan Lucky mencapai garis finish dengan peringkat pertama. Lucky memang beruntung. Kali ini kejuaraan masih tetap dipegangnya.. berikan tepuk tangan meriah untuk Lucky...” Diana membuka matanya mendengar suara sorak dari suporter Lucky yang berpelukan gembira.
Diana masih belum bisa bertemu Lucky. Karena dia harus menerima hadiah dan ada season tanya jawab dengan wartawan. Dan Diana hanya menunggu dengan sabar kapan Lucky kembali.
” Hei... maaf kelamaan..” Lucky mendatangi Diana.
” Selamat ya...” Ucap Diana.
” Sama sama. Ini semua berkat kamu. Oh iya. Tunggu bentar aku ganti baju. Gerah nih. Habis ini kita jalan ya. Kamu masih punya hutang jawaban sama aku..” Lucky meraih tasnya dan berlalu kebelakang.
Lucky kembali ketempat Diana menunggu.
” uk..” Ajak Lucky dan menarik tangan Diana naik keatas motornya. Berlalu dari Arena balapan yang juga semangkin sepi. Motor Lucky berhenti di sebuah taman bunga yang tidak jauh dari Arena balapan. Mereka duduk dibangku taman. Dan Lucky tetap memperhatikan wajah Diana.
” Di.. aku udah nepatin janji aku. Dan aku jadi juara 1. saatnya kamu memberi jawaban sama aku.” Desak Lucky. Diana diam
” Ok.. aku akan jawab pertanyaan kamu. Asalkan kamu gak marah. Lucky. Jujur, kita baru kenal. Aku baru kenal kamu. Dan aku sebelumnya gak tau siapa kamu. Dan saat kit baru kenal seperti ini. Kamu langsung bilang suka sama aku. Ini sebuah kejutan yang membuat aku sangat sangat terkejut.” Lucky memejamkan matanya. Dia takut walaupun sudah jadi juara Diana tidak menjawab seperti apa yang dia inginkan.
” Ky.. lihat aku. Buka mata kamu. Jangan merem gitu dong.. ” Diana mengangkat dagu Lucky dan memaksanya untuk melihat kearah Diana.
” Lucky.. aku masih gak bisa.. tetep gak bisa... gimanapun juga aku gak bisa...” Lucky menatap Diana. Benarkah dia harus menerima kepahitan ini.
” Aku gak bisa.. nolak kamu..aku nerima kamu Ky..” Lanjut Diana.
” Jadi kamu terima aku..?” tanya Lucky lagi. Diana mengangguk
” Iyeee.....” Lucky bersorak da tanpa sadar ia memeluk tubuh mungkin Diana.
” Makasih ya Di. Aku akan jadi pacar yang setia untuk kamu. Akan ngejagain kamu. Selama yang aku bisa..” kata Lucky mentap.
Matahari tergelincir ke arah barat.
” Kita pulang yuk Di..” ajak Lucky, dijawab dengan anggukan kepala Diana.
Saat mereka pulang. Mereka melewati halte bis dimana mereka pertama kali berkenalan.
” Semoga saja ada pasangan lagi yang lahir dari halte ini yang Di.>” kata Lucky berbisik.
” Ya mudah mudahan saja. Karena Halte ini adalah akhir dari sebuah cinta seorang oembalap. Akhirnya dia mendapatkan kekasihnya.” Kata Lucky dan menggas laju motornya menjauh dari Halte Bis.

Cerpen

Akhir Cinta Seorang Pembalap
By : Agnes

Siang itu. Seperti biasanya Diana menunggu bis dihalte bis dekat dengan sekolahnya. Sambil menunggu, seseklai Diana menggerakkan kakinya mengikuti nyanyian kecil yang ia keluarkan dari bibir tipisnya. Mungkin karena terlalu lama menunggu, perut Diana mulai terasa nyeri. Karena sejak disekolah tadi. Diana sama sekali tidak pergi jajan kekantin, atau memakan bekal persiapan Mamanya.Mama Diana sengaja membuatkan bekal makan siang, karena Diana selalu tidak sempat makan dirumah. Diana sekolah di SMA Internasional English dikotanya. Mulai belajar pukul 07.30 dan pulang 15.30. Mama Diana tidak mengizinkan anak semata wayangnya ini untuk keluyuran kalau waktu luang Diana diisi dengan bermain. Makanya Mama Diana memasukkanya kekursus Piano.
Baru saja Diana ingin membuka bekal miliknya, seketika Diana dikagetkan dengan suara deru motor yang sangat keras. Dianapun menoleh keatah Motor yang semangkin mendekatinya. Diana sama sekali tidak bisa melihat sipengemudi, karena tertutupi helm. Awalnya Diana tidak berfikir kalau sipemilik motor bertujuan mendekatinya. Tapi sesaat kemudian Motor itu sudah berhenti tepat didepan Diana. Tentu saja membuat Diana kalang kabut. Ditambah lagi dia sama sekali tidak mengenal sipengemudi tersebut. Sedetik kemudian Pengemudi motor sudah membuka helmnya dan menatap Diana penuh keseriusan. Sementara Diana berusaha menenangkan Jantungnya yang merasakankan ketakutan yang teramat sangat. Sekarang ini musim terjadi penculikan, pemerkosaan dan mutilasi. Diana tidak ingin hal itu terjadi padanya. Dia harus minta pertolongan, tapi pada siapa. Keadaan halte sangat sangat sepi.
” Hai Aku Lucky..” Ternyata pengemudi itu bernama Lucky. Dia bertanya dengan lembut pada Diana dan tidak ada sama sekali menyatakan kalau dirinya seorang penculik. Dengan gugup Diana menyambut uluran tangan Lucky yang sedari tadi menunggu.
” A.aku.. Diana.. ada perlu apa ya..?” Tanya Diana dan mulai merasakan tenang.
“ Sedang apa disini..?” Lucky duduk disebelah Diana dan memangku helm besarnya.
“ Heh.. biasanya kalau orang di Halte itu mau ngapain. Gak mungkin nungguin tukang baksokan. Pastinya nungguin Bis..” Ketus Diana sewot. Lucky malah tertawa.
“ Jutek juga kamu ya. Tapi sampai kapan kamu nungguin bis itu. Sampai nanti sore juga gak akan datang datang.” Ujar Lucky dan menjauhi Diana. Lucky kembali ke atas motornya.
” Ta..tapi.. kenapa...?” Sekarang Diana semangkin takut. Pantesan tidak ada orang yang menunggu disini.
” Bis satu satunya yang menuju kesinimendapat masalah. Tepatnya kecelakaan.” Lucky memakai helmnya dan menghidupkan mesin motornya.
” Ja..jadi aku.. aku gimana...?” Diana menunjuk mukanya. Kali ini wajah Diana sudah terlihat pucat.
” Mana aku tau. Aku saja baru pertama kali jalan dari sini.” Lucky menjalankan motornya pergi. Diana hanya duduk lemas terdiam membisu seperti orang bodoh, uangnya hanya cukup untuk ongkos naik Bis. Kalau naik taksi. Mana mungkin cukup. Lagipula kalau naik bis biasanya akan mendapat harga lebih murah karena memakai seragam sekolah.
” Diana... itukan nama kamu...? apa perlu tumpangan...?” Lucky kembali lagi. Dan berhenti ditempat dimana dia berhenti tadi. Diana menoleh.
” Memangnya boleh..? rumah aku jauh lho. Kalau naik bis juga pasti muter muter. Terkadang jadi penumpang terakhir.” Diana mendekati Lucky. Lucky kembali tersenyum.
” Kalau menolong orang. Sejauh apapun gak apa apa deh..” jawabnya singkat. Diana membalas senyuman Lucky. Untung ada Lucky. Lucky memang membawa keberuntungan. Lalu Diana naik keatas motor Lucky. Sesaat diperhatikan motor ini sama persis dengan motor pembalap. Jangan jangan Lucky itu seorang pembalap.
” Lucky.. kamu masih pelajar atau kuliah..?” tanya Diana saat sudah berada diatas motor Lucky.
” Aku..? baru Lulus SMA 1tahun yang lalu. Dan sekarang sedang menikmati hidup sebagai pembalap..” jawab Lucky. Benar dugaan Diana Lucky seorang pembalap.
” Memangnya gak takut terjadi apa apa.. kecelakaan misalnya..?” tanya Diana lagi. Lucky sudah menghidupkan mesin motornya dan siap akan melajut.
” Kalau memang ajal sudah tiba. Mati ya mati...” Lucky menjalakan motornya perlahan.
” Orang tua..kamuu...aaaaaaa....” tidak bisa ditahan. Lucky sudah melajukan motornya dengan kencang. Diana yang belum sipa sedia hampir saja terjatuh karena laju motor Lucky.
*******


Sesampainya dirumah Diana.
” Makasih ya Ky udah nganterin aku...” Diana turun dari motor Lucky. Lucky kembali tersenyum.
” Sama sama.. Oiya.. aku tadi lihat kamu bawa bekal ya..? boleh buat aku aja gak..?” tanya Lucky.
” Lho. Kamu kok bisa tau..?’ tanya Diana heran.
” Aku.. dari tadi itu merhatiin kamu. Habis kasian kamu sendirian di sana. Makanya aku samperin. Tapi tadi aku sempat ngeliat juga kalau kamu ngeluarin bekal. Buat aku boleh kan...?” tanya Lucky lagi. Diana mengangguk dan mengeluarkan tempat bekalnya, lalu memberikannya pada Lucky.
” Sebagai ucapan terima kasih aku untuk kamu...” Diana menyodorkan tempat bekalnya. Lucky menyambut dengan gembira. Diana sudah akan meninggalkan Lucky ketika kembali lagi Lucky menahannya.
” Di.. aku boleh minta nomer hp kamu gak..?” tanya Lucky. Diana terdiam.
” Untuk apa..?” tanya Diana berbalik.
” Ya untuk mepererat pertemanan kita. Dan siapa tau kalau kamu sendirian di halte lagi. Kamu bisa minta jemput sama aku. Biar aku anterin pulang deh..” Diana tersenyum dengan penuturanLucky. Dan langsung memberikan nomer handphonenya. Sesaat kemudian Lucky sudah beranjak meninggalkan pekarangan rumah Diana dan menghilang diperbelokan jalan.

*******

Malamnya Diana sedang belajar dikamarnya, ketika hpnya berbunyi. Sebuah nomer baru. Dia yakin ini pasti Lucky.
” Hallo.. ” Jawab Diana.
” Hallo Diana. Selamat malam. Lagi ngpain nih. Aku gak ganggukan..?” tanya Lucky datar. Diana tertawa kecil. Sambil merebahkan tubuhnya ditempat tidur.
” Gak ganggu kok. Diana lagi belajar. Tapi udah selesai..” jawab Diana.
“ Oh gitu.. malam ini apa butuh bantuan aku untuk nganterin kamu..?” tanya Lucky lagi. Diana kembali tertawa.
” Mau kemana malam malam gini...” tanya Diana lagi.
” Ya siapa tau mau ketemu pacar kamu. Aku mau kok nganterinnya..”
” Ih pacar apa.. akunya aja gak punya pacar..”
“ Ah bohong nih ya.. trus Egi itu siapa…?”
“ Egi.. kok bisa tau.. Egikan temennya diana,mana mungkin pacaran. Ngasal nih ya..”
” Temen atau demen..?”
” Ya ampun Ky.. sekarang gini deh. Lucky itu siapa.. karena jelas jelas Egi itu temennya Diana. Kalau emang Lucky kenal sama Egi. Lihat deh. Diakan kayak banci gitu. Mana mungkin jadi pacarnya Diana. Hayo ketahuan.. bohong. Kasi tau deh. Lucky siapa..” Paksa Diana.
” Males ah ngasi tau sekarang. Gini deh. Besok disekolah tanya aja sama temen temen Diana. Siapa sih Lucky Trianda. Aku yakin temen temen saku sekolahan kamu pasti kenal deh siapa aku..” ujar Lucky menjelaskan.
” Oh ya. Ok deh, kalau gitu ntar aku tanya deh sama teman temanku. Kalau gitu berarti kamu udah kenal sama aku dong..?” Diana semangkin penasaran.
” Kenal dong. Diana Regina, kelas XI Alam 2 Di SMA Angkasa Bangsa. Cita citanya jadi Pramugari. Putri tunggal yang oaling disayang dan dimanja ibunya, paling dekat sama temen cowok yang namanya Egi. Iyakan..” jawab Lucky.
“ Ok ok.. kamu siapa sih. Jangan buat penasaran bisa gak..?” ujar Diana.
“ Ya udah deh. Udah malem nih. Besok aja tanya sama temen kamu Ok. Tha tha....?” Lucky memutuskan telpon dengan kebingungan diana yang masih memuncak.
*******

Besoknya disekolah. Diana langsung bertanya untuk memastikan pada Ina teman sebangkunya.
” Lucky.. Lucky Trianda.. kayaknya aku kenal. Siapa ya.. emm. Tunggu ya aku tanya Melda dulu...” Ina meninggalkan Diana sesaat dan kembali lagi.
“ Oh iya.. aku kenal. Itukan anak Bapak Kepala Sekolah kita. Diakan sering datang kesini buat ketemu Bapak Kepala. Dan kata Melda sih dia juga sering nanyain satu orang cewek. Tapi sampai sekarang banyak yang belum tau siapa cewek itu. Tapi kamu kenalnya gimana..?” tanya Ina bergantian dia yang penasaran.
” Oh gak.. Cuma kebetulan ketemu aja..” jawab Diana.
” Elo kenal sama Lucky..? kapan Di..? jadi di udah ngungkapin perasaan dia ke Elo..?” Lina kembaran Ina mendekati kami.
” Ungkapin perasaan apa sih Lin..?” tanya Diana bingung.
” Sini deh gue kasi tau. Menurut gue sih udah banyak yang tau tentang gosip ini. Lucky itu sering nanyain tentang kamu. Kamu pacarnya siapa. Kenapa bisa deket banget sama Egi. Rumah kamu dimana. Pokoknya semuanya deh..” Lina menjelaskan. Diana dan Ina mendengar dengan seksama.
” Tapi buat apa semua itu..?” tanya Diana. Lina malah menghela nafas.
” Elo bego atau pura pura bego. Dia itu udah lama suka sama elo. Bisa dibilang cinta sama elo..” Lina Melanjutkan.
” Ada ada aja deh. Masak sih bisa gitu. Akukan baru kenal sama dia..” Diana tergagap.
” Elo emang baru kenal. Tapi Luckynya udah kenal elo sejak lama. Kalau dulu nih. Ada lagunya tuh Terpesona kupada pandangan pertama.. dan tak kuasa menahan rinduku.... mungkin gitu deh si Lucky..” Diana bertatapan dengan Ina. Sungguh Lina benar benar aneh.
” Aku gak percaya..” ujar Diana lagi, dan masuk kedalam kelas bel pelajaran kembali dimulai membuat mereka harus memberi jeda pembicaraan mereka.
” Pokoknya dia itu adalah Boy special kamu Di. Katanya kamu pernah kejatuhan sapu tangan, dan sampai sekarang masih disimpan sama Lucky.” Ina menambahi.
” Kamu tau juga..?” tanya Diana.
” Aku bukannya tau. Cuma dari kasak kusuk anak anak. Kalau memang kamu benar cewek yang dia suka. Berarti sapu tangan itu punya kamu.” Ina mengakhiri pembicaraannya dan Guru Biologi masuk kedalam kelas mereka.

*******

Saat Pulang
” Di.. ada yang nyariin kamu fren.. cakep lo orangnya...” Egi mendekati Diana yang mash merapikan buku bukunya.
” Oh ya.. dimana..?” tanya Diana tanpa melihat Egi. Ini yang dibilang Lucky pacarnya. Cowok paling feminime ini. Tidak mungkin.
” Eh banci kaleng. Gue kasi tau lo ya..jangan main main. Ntar gue tabok lo...” Ina mengajukan tinjunya tepat didepan wajah Egi. Tentu saja Egi terkejut.
” Digerbang tuh. Aku juga dengernya dari anak anak. Gue gak main main Na. kapan sih Egi ganteng becanda sama Ina yang cantik.” kata Egi sambil menurunkan tangan Ina, dan mencoba melepaskan kepalannya.
” Udah udah.. biar aku lihat, aku percaya kok sama Egi. Dia gak mungkin main main.” Kata Diana membela Egi. Egi tersenyum.
“ Tu Orangnya..” Tunjuk Ego begitu mereka sudah berada tidak jauh dari gerbang sekolah.
” Ina.. orang yang kalian ceritain apa bener itu orangnya...?” Diana seolah ingin meyakinkan.
” Iya bener. Itu orangnya Di. Dia yang sering nyariin cewek itu. Berarti memang bener kalau kamu cewek yang selama ini dia cari..” Kata Ina pada Diana.
“ Udah samperin gih..” Egi menolaknya. Dan Diana berjalan kearah Lucky. Begitu menyadari kehadiran Diana. Lucky tersenyum.
“ Aku sudah tau siapa kamu sekarang. Dan aku mau bicara sama kamu. Ikut aku ketaman belakang sekolah..” Diana berjalan lebih dulu meninggalkan Lucky. Dan Lucky mengikutinya. Tidak jauh dari tempat mereka. Ada seseorang yang melihat dari balik tirai jendela diruangannya. Dia melihat dengan seksama sambil tersenyum puas.
Sesampainya ditaman. Lucky yang sedari tadi sengaja mendorong motornya. Duduk diatas motor dan menghadap Diana.
“ Mau bicara apa..?” tanya Lucky penasaran.
“ Apa yang buat kamu sering nanyain aku. Bahkan ada yang bilang kamu suka sama aku. Apa itu bener..?” tanya Diana serius. Lucky menundukkan kepalanya. Dan beberapa saat kemudian. Lucky turund ari motornya dan mendekati Diana.
“ Mungkin kamu sudah tau kalau ini yang namanya aku mencintai kamu. Sesungguhnya aku suka dan pingin ngedapetin kamu..”
“ Tapi sekarang kamu salah pilih. Kalau sebenarnya Diana itu belum boleh pacaran sama Mama dan papa.. dan rasanya gak mungkin banget kalau aku sampai pacaran sama kamu. Secara kamu inikan anak kepala sekolah aku..” kata Diana dengan suara parau.
” Yang aku mau kamu cukup jawab iya saja. Kalau urusan Papa aku. Paapa setuju kalau aku jadian sama kamu. Karena kata Papa, kamu cewek paling cantik disekolah ini..” Jleas Lucky. Diana tersenyum lagi.
” Oh iya..hari minggu besok gak ada acarakan..?” tanya Lucky sambil menatap lusur kemata Diana. Diana menggeleng.
” Bagus deh kalau gitu. Karena ada pertandingan Balapan motor, aku ikut disana. Kamu ngeliat aku ya dan kamu supprt aku ya biar aku lebih semangat.” Lucky merapikan rambut Diana yang tergerai.
” Tapi aku perginya sama siapa. Akukan gak tau lokasinya dimana..” jawab Diana.
” Tenang. Sebelum tanding. Aku jemput kamu dulu. Pokoknya jam 8 pas aku jemput kamu. Kamu mesti sudah siap Ok..” Ujar Lucky lagi.
” ya sudah. Aku tunggu kamu didepan rumah aku.” Diana menyetujui ajakan Lucky.
” Ya sudah. Sekarang kamu aku antar pulang ya. Pokoknya besok kamu mesti udah siap siap, aku jemput Ok Sayang...” Diana mengangguk. Lucky mengantar Diana pulang.
*******

Dirumah Lucky. Papa Lucky meledeknya habis habisan.
” Cie.cie... anak papa udah ngedapetin wanita pujaannya nih...? PaPa salut sama kamu Ky. Kalau menurut Papa. Diana itu banyak banget yang ngincer. Eh gak taunya bisa pacaran sama anak kepala sekolah..” Ujar Papa Lucky sambil menutup koran yang sedari tadi dibacanya. Papa Lucky memang menunggu kepulanganLucky kerumah.
” Papa tau dari mana sih kalau Diana itu inceran banyak cowok..?” Lucky bertanya serius dan duduk disofa tidak jauh dari tempat ayahnya duduk.
” Siapa sih yang gak tau. Diana itu siswi yang dapat beasiswa. Diana itu siswi pinter dan baik lagi. Dia sering ikut olimpiade dan memenangkan Olimpiade antar sekolah dalam bidang study Kimia..” Papa Lucky menceritakan dengan berbinar. Lucky mengangguk
” Jadi Ky gak salah pilih kan Dad..?” Papa Lucky mengangguk dengan pertanyan Lucky.
” Yaudah.. Ku mau istitrahat. Besok ada pertandingan. Doain Ky ya Dad biar menang. Satu lagi. Ky akan bawa Diana resana, menyaksikan pertandingan Ky. Gak marah kan Dad” Kata Lucky lagi.
“ Kenapa mesti marah..? lagi pula papa udah sadar Pembalapnya Papa jatuh cinta sama diakan..?” ledek Papa Lucky.
“ Papa bisa aja..” Lucky merendah.
“ Huh.. giliran Lucky yang pacaran dibelain. Coba aku. Malah dilarang larang..” Reno Kakak pertama Lucky protes.
” Karena kalau kamu pacaran. Papa gak pernah tau. Jadi papa anggap kamu pacaran gak pernah jelas..” Papa Lucky beranjak meningggalkan Lucky dan Reno berdua.
” Secantik apa sih Diana itu. Udah jadi pacar kamu ya Ky..?” tanya Reno memastikan.
” Belum sih kak, dia juga belum jawab. Besok Ky ada balapan. Jadi selesai balapan Diana akan jawab. Kalau Ky menang jawabannya iya. Kalau kalah. Ku gak tau jawaban dia apa..” Lucky beralih menuju kamarnya.
Baru saja Lucky merebahkan tubuhnya ditempat tidur ketika Hpnya bergetar. Diana memanggil.
” Ada apa Di..? malam gini nelpon aku. Kangen ya. Tadikan kitaudah ketemu. Besok juga ketemu lagi..” jawab Lucky.
” Ih janan geer deh. Di Cuma nelpon untuk matiin, besok jadi ya pertandingannya..” tanya Diana.
” Jadi. Mana mungkin balapan ini dibatelin. Banyak yang keweca dong. Emangnya kenapa Di gak bisa ikutan ya..?” Tanya Lucky agak cemas
” Bu..bukan begitu. Aku kan Cuma nanyak kok kamu mikirnya aku gak bisa ikut sih. Gini aku Cuma mikir. Jawaban aku itukan aku jawab selesai balapan. Lucky harus janji selama balapa gak akan terjadi apa apa ya..” Suara Diana sedikit khawatir.
” Tenang.. Lucky akan baik baik aja kok. Ya udah sekarang istirahat kan besk kita ketemu ok.”
” Ya udah. Bye bye..” Diana mematikan telponnya.

*******

Besok paginya.
” Ma.. Diana pergi dulu ya..” Pamit Diana pada Mamanya.
“ Kamu mau kemana Di..?” Tanya Mama Diana seakan menahan kepergian Diana.
” Ini mam. Anu. Inikan hari minggu. Boleh dong kalau Diana jalan jalan. Ya please..” Diana memohon.
” Ya udah boleh deh. Tapi ingan pulangnya jangan kemaleman. Ok..” Mama Diana merapikan Cardigan putih yang dikenakan Diana.
” Sipp Mam. Ya udah dada mama..” Diana keluar dari rumahnya. Sesaat menunggu Diana memperhatikan sepatu yang dikenakannya. Ternyata sebelah masih belum rapi terikat. Dan Diana merapikan tali sepatunya tiba tiba terdengar suara deru motor milik Lucky.
” Hai Lady..? udah siap nih..?” tanya Lucky dan memperhatikan Diana.
” Emh.. belum masih ada tugas mau ngerapiin taman..” Diana melihat kearah kanan dan kirinya.
” Oh gitu..” Lucky sedikit kecewa.
” Aneh ya.. ya udah siap la. Masak udah cantil gini masih harus ngerjain yang lain.” Diana mendekat kemotor Lucky. Lucky tersenyum.
“ Lucu ya becandanya. Ya udah kamu yang bawa motorky ya..” Ledek Lucky.
“ Boleh. Tapi nanti ya kalau udah sampai waktu motornya lagi berhenti.” Jawab Diana dan naik keatas motor Lucky.
*******
sesampainya di arena balapan. Lucky memberi Diana duduk dimarkasnya. Dan memberikan tas miliknya pada Diana.
“ Jagain ya..” pesannya. Sesaat Diana menahan Lucky.
“ Ky.. aku akan jawab kalau kamu dapet juara 1, 2 atau 3. kalau dibawah. Aku gak mau jawab apapun..” ujar Diana.
“ Kok berat banget syaratnya. Ok deh. Aku akan berusaha..” Lucky merengue bahu Diana.
“ Doain aku ya. Agar seperti sekarang kembali pada kamu..” Kata Lucky lagi. Dia mengangguk dan Lucky meninggalkannya.
” Selamat siang para suporter balapan kali ini... sungguh luar biasa. Ini adalah pertandingan ke 4 dalam bulan ini. Dan kali ini pemenang unggul yang selalu menempati posisi pertama masih diduduki oleh Lucky dengan nomer motor 45. dan mereka sudah siap siap untuk mulai beradu di garis star.. ok mereka mulai beradu kencang. Siapakah kali ini yang akan jadi juara..” suara MC membuat keadaan mangkin riuh. Para pendukung tiap pembalap tidak kalah ribut. Dan Lucky. Dia sedang b erada diposisi ke dua.
” Tidak boleh begini. Tidak boleh.. aku mesti daet juara 1, demi jawaban Diana..” kata Lucky dalam hatinya dan kembali menggas kencang motornya melewati lawan didepannya. Di Markas Lucky. Diana terdiam dalam doanya. Terus berdoa untuk keselamatan Lucky.
” Lucky.. sebenarnya kamu dapat juara berapapun aku akan tetap nerima kamu. Aku Cuma bercanda mengatakan hal itu..” diana sedikit menyesal dengan syarat yang dia berikan untuk Lucky tadi.
” Yeah.... ini adalah Lap terakhir dari tiap pembalap. Yang tersisa hanya ada Lucky dengan nomer 45, ahmad dengan nomer 66. dan Jun dengan 72. siapakah dari antara mereka yang bertahan. Ok.. terus dan.. owww.. Jun terjatuh di perbelokan Akhir ini adalah kesempatan emas buat Lucky dan.. akhirnya suatu keberuntungan Lucky mencapai garis finish dengan peringkat pertama. Lucky memang beruntung. Kali ini kejuaraan masih tetap dipegangnya.. berikan tepuk tangan meriah untuk Lucky...” Diana membuka matanya mendengar suara sorak dari suporter Lucky yang berpelukan gembira.
Diana masih belum bisa bertemu Lucky. Karena dia harus menerima hadiah dan ada season tanya jawab dengan wartawan. Dan Diana hanya menunggu dengan sabar kapan Lucky kembali.
” Hei... maaf kelamaan..” Lucky mendatangi Diana.
” Selamat ya...” Ucap Diana.
” Sama sama. Ini semua berkat kamu. Oh iya. Tunggu bentar aku ganti baju. Gerah nih. Habis ini kita jalan ya. Kamu masih punya hutang jawaban sama aku..” Lucky meraih tasnya dan berlalu kebelakang.
Lucky kembali ketempat Diana menunggu.
” uk..” Ajak Lucky dan menarik tangan Diana naik keatas motornya. Berlalu dari Arena balapan yang juga semangkin sepi. Motor Lucky berhenti di sebuah taman bunga yang tidak jauh dari Arena balapan. Mereka duduk dibangku taman. Dan Lucky tetap memperhatikan wajah Diana.
” Di.. aku udah nepatin janji aku. Dan aku jadi juara 1. saatnya kamu memberi jawaban sama aku.” Desak Lucky. Diana diam
” Ok.. aku akan jawab pertanyaan kamu. Asalkan kamu gak marah. Lucky. Jujur, kita baru kenal. Aku baru kenal kamu. Dan aku sebelumnya gak tau siapa kamu. Dan saat kit baru kenal seperti ini. Kamu langsung bilang suka sama aku. Ini sebuah kejutan yang membuat aku sangat sangat terkejut.” Lucky memejamkan matanya. Dia takut walaupun sudah jadi juara Diana tidak menjawab seperti apa yang dia inginkan.
” Ky.. lihat aku. Buka mata kamu. Jangan merem gitu dong.. ” Diana mengangkat dagu Lucky dan memaksanya untuk melihat kearah Diana.
” Lucky.. aku masih gak bisa.. tetep gak bisa... gimanapun juga aku gak bisa...” Lucky menatap Diana. Benarkah dia harus menerima kepahitan ini.
” Aku gak bisa.. nolak kamu..aku nerima kamu Ky..” Lanjut Diana.
” Jadi kamu terima aku..?” tanya Lucky lagi. Diana mengangguk
” Iyeee.....” Lucky bersorak da tanpa sadar ia memeluk tubuh mungkin Diana.
” Makasih ya Di. Aku akan jadi pacar yang setia untuk kamu. Akan ngejagain kamu. Selama yang aku bisa..” kata Lucky mentap.
Matahari tergelincir ke arah barat.
” Kita pulang yuk Di..” ajak Lucky, dijawab dengan anggukan kepala Diana.
Saat mereka pulang. Mereka melewati halte bis dimana mereka pertama kali berkenalan.
” Semoga saja ada pasangan lagi yang lahir dari halte ini yang Di.>” kata Lucky berbisik.
” Ya mudah mudahan saja. Karena Halte ini adalah akhir dari sebuah cinta seorang oembalap. Akhirnya dia mendapatkan kekasihnya.” Kata Lucky dan menggas laju motornya menjauh dari Halte Bis.

Untuk Mengenang yang pergi/ Cerpen berikutnya

Saat Anton Pergi
By : Agnes
Perlahan lahan.. pemakaman itu semangkin sepi dari orang orang yang baru saja selesai memakamkan seseorang. Aku hanya terduduk lemas tak berdaya. Masih kutatap kosong pusara yag sekarang sudah ditimbun tanah merah diatasnya. Aku sungguh tidak menyangka didalam sana ada jasad seorang yang sangat aku cintai. Jasad itu baru saja dimasukkan didalamnya. Dia seperti sedang tidur dengan senyuman yang menghias dibibirnya. Sungguh tampan. Namun kini senyuman itu tidak akan pernah aku lihat lagi. Karena Anton. Sudah meninggalkan aku dan semuanya untuk selamanya. Dia tidak akan pernah kembali lagi meskipun aku sangat merindukannya..
“ Cit.. yuk kita pulang. Jangan terus terusan seperti ini. Mungkin ini yang terbaik untuk Anton. Kamu mesti kuat sayang..” tangan dingin seseorang mencoba mengangkatku dari sana. Dia ingin memisahkan aku dari kuburan Anton. Aku kembali menangis,terisak, aku sungguh tak sanggup menerima ini semua.
“ Kenapa..?? kenapa Tan.. Kenapa harus Anton yang menerima ini semua.. ini salah aku Tan…” aku menjerit histeris.. dia kembali memelukku. Mama Anton, juga ikut menangis didalam pelukan eratku
“ Sayang... jangan seperti ini.. tante juga sedih.. sangat sedih.. karena tante harus kehilangan Anton. Anak yang sangat tante cintai.. tante sayangi.. tapi Anton letih Cit,6 bulan dia Koma.. dan mungkin ini yang terbaik untuk dia..” Aku terdiam..
“ Tapi ini salah Citra.. kalau Citra gak…” Mama Anton menutup bibirku dengan jari telunjuknnya.
“ Jangan pernah mengkit lagi masa lalu. Kalaupun kita sesali itu semua. Anton tidak akan bisa bersama kita lagi..” katanya sendu. Aku terdiam.
“ Sekarang.. kamu mesti pulang.. kita biarkan Anton istirahat disana. Bersama Allah. Dan kamu juga harus meneruskan pendidikan kamu.. itukan pesan Anton sama kamu. Anton sangat mencintai kamu Cit.. dan dia membawa seluruh cinta itu dalam hatinya. Tersenyumlah sayang.. jangan buat Anton merasa sedih disana jika kamu juga berlarut larut seperti ini..” Lanjutnya dan memnabtuku berjalan. Sungguh aku merasa tulang tulang dikakiku tidak ingin berdiri seperti biasanya. Seperti saat aku berlari di sepanjang trotoar Rumah Sakit untuk menuju kamar UGD, dimana Anton sekarat. Tapi terlambat. Aku datang disaat semuanya sudah berakhir. Yang kulihat hanya senyuman Anton. Dan isak tangis Mama Ira.. Ibunya.


Sebelumnya..!
“ Sayang pliss.. dengerin aku bicara. Semua ini gak seperti apa yang kamu kira..Citra.. dengerin aku. Citra…” Siang itu saat jam istirahat pertama di SMA Nusa Bangsa. Aku dan Anton bertengkar hebat.. ini pertama kalinya aku bertengkar dengan dia setelah 3 tahun aku dan Anton pacaran. Semalam aku mendengar dari teman sekelasnya, kalau Anton sengaja tidak mengajakku pulang bareng seperti biasanya karena Anton beralasan sedang ada tugas penting yang harus dikerjakan. Namun menurut temannya. Anton malah pulang dengan Siska, mantan pacar Anton. Hal itu tentu saja membuat aku marah dan ingin mendengar penjelasan Anton. Tapi Anton diam seribu bahasa saat aku Tanya. Dan ketika emosiku memuncak. Baru Anton ingin menjelaskannya.
“ Kalau Anton mau putus sama Citra.. bilang langsung Ton. Gak gini caranya. Hati Citra sakit.. Anton ngerasain gak sih.. Anton sekarang suka boo’ng.” Ketusku dan mendorong tubuhnya dan mencengkramku.
“ Ok.. Ok Anton salah.. Tapi itu terdesak Say.. sungguh terdesak. Anton pulangnya ke sorean dari sekolah dan saat itu Siska sedang latihan Cierss. So dia gak punya teman pulang dan..”
“ Dan Anton SOK PAHLAWAN gitu dan berniat menolong dia nganterin dia pulang.. iya..??”
“ Terpaksa Say..”
“ Terpaksa..???”
“ Iya sungguh terpaksa.. kitakan emang sering pulang bareng, kenapa sewot sih.. ntar cantiknya Citra ilang lho..”
“ Biarin.. emang kenapa..?? kalau Citra dah gak cantik lagi Antonkan bisa buat jadian sama Siska lagi..”
“ Duh Beib.. jangan mulai dong.. Ini gak seperti yang Citra bayangin. Anton Cuma nganterin dia pulang. Gak ngapai ngapain..”
“ Boo’ng..”
“ Ih.. beneran suer deh..”
“ Boo’ng ya tetap boo’ng..”
“ Gimana lagi caranya supaya Citra percaya sama Anton..??”
“ Gak tau..”
“ Ayolah sayang.. jangan marah.. Anton mohon.. Pliss…” kata Anton memelas dan meraih jemariku.
“ Anton janji ini yang terakhir kalinya Anton kayak gini. Anton gak akan mau ngebonceng cewe’ lain lagi.. Ok..”
“ Janji..???”
“ Janji…” Aku menganguk dan melihat senyuman termanis Anton itu lagi.. aku sungguh mencintainya. Dan aku sangat takut kehilangan dia sebagai laki laki yang aku cintai. Aku tidak ingin Anton itu bersama dengan gadis lain. Karena Anton juga melarangku dekat dengan laki laki lain.
Hubungan kami sudah cukup lama. Sejak masuk SMA Nusa Bangsa. Aku mengenal Anton sebagai sosok cowok yang humoris. Lama kelamaan, kami nyambung dan sering pergi dan pulang sekolah bareng. Hingga aku menyadari kalau benih benih cinta itu tumbuh tanpa kami sadari. Dan hingga sekarang tepat kelas 3. aku dan Anton bahkan sudah menyusun rencana akna melanjutkan Kuliah di Fakultas Hukum di Kota kami. Dan selanjutnya sama sama akan menjadi Pengacara. Sungguh suatu impian yang indah.Hari hari yang aku lewati bersama Anton. Bagai sebuah cerita panjang yang tidak ingin aku habiskan. Indah, bahagia, dan aku tidak bisa mengungkapkannya lagi.

Pulang sekolah Anton mengajakku pulang bersama dia. Dan ini memang biasa Anton lakukan.
“ Say.. kita jalan jalan dulu yuk.. udah lama nih gak jalan..” ajak Anton dan membantuku naik diatas motor bebeknya. Dan motor bebek inilah saksi dari cinta kami berdua.
“ Emang mau kemana…?” tanyaku dan memasang helm pink yang sengaja disediakan Anton untukku.
“ Kemana Aja deh.. Anton pengen ni jadi saat saat yang paling bahagia untuk kita berdua.. dimana hanya ada Anton dan Citra.. gak ada pengganggu yang lain..” katanya dan menghidupkan mesin motornya. Lalu motor itu sudah bersatu dengan kendaraan yang lain. Ada sesuatu yang aneh saat ini pada Anton. Tidak biasanya Anton memakai gelang buatanku ditangan kanannya. Karena setauku Anton sangat tidak menyukai menggunakan gelang apa lagi ditangan kanan. Dan satu lagi.. Anton sama sekali tidak pernah memutar motornya melewati jalan Beringin apa lagi dengan kecepatan seperti ini saat bersamaku. Aku mulai merasakan takut.
“ Yank.. gak usah ngebut dong.. Citra takut nih..” kataku padanya.
“ Oh iya.. Maafin Anton Cit. habis disini sunyi gak ada kendaraan.” Jawabnya pelan.
“ Kok tumben lewat sini? Biasanya kan dari jalan lain..???” Tanyaku padanya.
“ Gak tau nih.. Anton pengen lewat jalan ini.. kita ngebut aja ya..” pintanya padaku.
“ Tapi hati hati ya. Citra gak pengen kalau ntar terjadi Sesutu sama kita..”
Anton memalingkan mukanya kearahku dan tentu saja tidak memperhatikan apa yanga da didepannya.
“ Tenang aja Anton akan selalu bersama Citra jadi Citra gak usah takut..” ujarnya
“ Makasih ya Yank.. Tapi.. ANTON… AWAS.....” keadaan gelap.. aku merasa teramat sakit dikepalaku. Sungguh aku tidak bisa membuka mata. Anton.. dimana Anton.. kenapa aku tidak bisa melihatnya juga.???

Kecelakaan itu terjadi begitu singkat. Aku dan Anton segera dilarikan kerumah sakit terdekat. Untungnya aku tidak mengalami luka parah. Cuma lengan dan kepalaku saja yang luka ringan karena terbentur helm. Lalu Anton. Bagaimana Anton..? saat itu banyak orang yang tidak mau memberi tahuku bagaimana keadaan Anton. Mama Ira malah menyuruhku tetap tenang dan lebih baik memulihkan dulu luka dibadanku. Aku tetap bersikeras ingin tau bagaimana keadan Anton. Dan Mama Ira tetap tidak ingin memberi tahuku keadaannya.
“ Tante..kasi tau Citra apa yang terjadi pada Anton.. jangan bikin Citra semangkin bingung…” pintaku pada Mama Ira.
“ Anton baik baik saja Sayang.. dan dia berpesan agar kamu juga baik baik juga.” Jawab Mama Ira dan aku tau dia sedang menahan air mata dimatanya.
“ Jangan bohong.. katakan tante..” pintaku lagi. Mama Ira malah mengangis dan memelukukku.
“ Anton koma Cit. terjadi pembekuan darah diotaknya dan itui diluar kemampuan Dokter untuk menyelamatkannya. Kalau dioperasipun kemungkian besar Anton tidak tertolong. Karena itu lebih baik Anton tetap dirawat intensif dan memohon pada Allah. Semoga akan ada keajaiban yang dapat menolongnya.” Cerita Mami Ira. Aku terdiam. Membodoh. Tidak bisa melakukan apapun.
Aku Cuma bisa menangis saat itu. Apalagi setelah melihat tubuh Anton di liputi selang alat Bantu pernafasan dan alat Bantu detak jantung untuknya di ruang ICU. Dan tubuhnya yang dulu kekar berisi kini semangkin kurus dan dia seolah olah bukan seperti Anton yang aku kenal.
Aku tetap sabar menemani Anton disana. Selama apapun. Aku hanya berdoa agar dia kembali sehat dan bisa bersama kami lagi. Setiap hari bergantian teman teman kami mengunjunginya. Tak terkecuali kedua orang tuaku. Guru guru. Dan banyak lagi yang terus memanjatkan do’a untuk Anton. Tapi Anton tetap menutup matanya. Bahkan Dokter hanya bisa pasrah dan kembali berserah pada Tuhan. Bila mereka dating dan memeriksa kondisi Anton. 6 bulan lamanya aku tetap bersama Anton. Pulang sekolah aku langsung menemuinya. Bahkan belajar untuk menghadapi ujian UAN pun aku juga berada dosampingnya. Mengajaknya bicara, meski aku juga tidak atau apakah Anton mendengarkannya. Aku merindukan Anton. Tiap malam aku selalu mengis ditepi tempat tidurnya. Sholat malam dan memohon pada Allah agar dia disembuhkan. Tapi perkembangannya malah semangkin buruk. Aku juga tidak tau apakan kesempatan hidup untuknya masih ada. Ini semua salahku. Kalau saat itu aku tidak mengajaknya bicara dan tidak membiarkan dia untuk ngebut. Mungkin hal ini tidak akan terjadi. Tapi semua sudah terjadi. Tidak mungkin bisa diulang kembali. Aku hanya ingin satu. Anton kembali sehat dan tersenyum lagi pada kami.
“ Sayang. Besok adalah ujian hari terakhir. Anton kapan sembuh sih. Disekolah Citra kesepian banget. Ujian juga sendirian. Dan sudah hari terakhir. Anton mesti sembuh dong. Kita kan udah janji mau jadi Pengacara barengan. Citra mohon Anton kuat ya. Buka mata Anton lihat Citra disini..” bisikku pelan pada malam itu ditelinganya.. namun teteap seperti biasa tiada respon apapun dari Anton. Aku tetap menahan tangisanku. Mencoba tegar. Dan jangan menangis didekat Anton.
Namun malam ini begitu dingin. Lain dari biasanya. Aku merasa ada hawa menyeramkan dikamar ini. Biasanya aku selalu berani berdua saja bersama Anton. Tapi mengapa malam ini aku merasa takut…? Tapi aku menepiskannya. Bagaimanapun juga aku akan tetap menemani Anton sampai dia sembuh.
Aku menidurkan kepalaku disebelah tangan Anton dan menggenggap jemari Anton kuat. Sungguh dingin jemari itu saat ini. Aku tidak ingin terjadi apapun pada Anton. Aku jadi ingat seperti film yang pernah aku lihat dan Anton di bioskop saat Anton masih sehat. Anton bertanya padaku.
“ Bila hal itu terjadi pada Anton. Apakah Citra masih setia tetap berada disamping Anton..?” pertanyaan itu seakan menjadi kenyataan. Anton koma sama seperti apa yang kami lihat saat itu. Dan Aku juga memenuhi janjiku. Aku tetap bersama dia meski apapun yang terjadi.
Tanpa terasa aku tertidur dengan lelapnya.
“ Citra.. Citra sayang.. bangun…” aku membuka mataku. Anton…? Anton bangun dari tidurnya..? dia tesenyum padaku dan mengelus kepalaku.
“ Anton…? Kamu udah sembuh..??” tanyaku gembira. Anton mengangguk
“ Lebih baik sekarang Yank..” jawabnya dan mengecup hangat jemariku.
“ Jangan tinggalin Citra lagi ya.. Citra mohon..” pintaku dan memeluknya. Anton membalas memelukku. Tapi tubuh itu dingin.. sangat sangat dingin. Tidak hangat seperti pelukan Anton yang dulu.
“ Citra.. janji ya sama Anton kalau selesai ujian nanti. Citra harus lanjutin kuliah dan jadi pengacara terkenal seperti janji kita dulu..” ucapnya.
“ Iya Citra janji. Dan Anton juga gitu ya. Anton mesti sembuh biar kita bisa sama sama jadi pengacara.” Ujarku lagi. Anton mengangguk.
“ Cit.. Anton capek banget… selang selang ini juga membuat Anton susah bergerak. Anton udah bisa bernafas normal. Citra bilangin sama Dokter ya kalau Anton mau semua ini dilepas biar Anton bisa bebas bergerak. Ya bilangin sama Mama kalau Anton kangen sama Mama. Anton pengen nanti Mama sering sering liat Anton di tempat baru ya..” Pinta Anton. Aku sama sekali tidak mengerti arah bicaranya. Tapi aku hanya mengangukkan kepala.
“ Sekarang.. tutup Mata Citra dan biarin Anton bobok lagi..” Ujar Anton. Aku mengangguk lagi dan melepaskan pelukan Anton. “ Cit..” panggilnya.. aku melihatnya. Dan Anton mendekatkan wajahnya kearahku.
“ Sekarang.. Citra bobok juga. Karena Anton udah gak sakit lagi. Besok semua alat Bantu ini Anton minta dibuka . citra harus ingat itu.” Katanya lagi.
“ Iya sayang. Citra akan bilang besok. Sekarang Anton bobok ya.. biar Anton gak sakit lagi..” kataku dan membantu Anton menarik selimutnya.
Aku kembali tidur dengan menggenggam jemarinya yang semangkin dingin. Dan aku Cuma bisa tersenyum dengan apa yang dilakukan Anton barusan padaku.
****
Aku merasa baru saja aku memejamkan mata saat tangan lembut Mama Ira mengguncangku.
“ Citra.. bangun sayang kamu mesti sekolah..” ujarnya. Aku membuka mataku. Anton. Dia masih seperti sebelumnya. Mana Anton yang aku lihat tadi malam.
“ Tante.. Tadi malam Anton sadar tan..” kataku pada Mama Ira. Mama Ira terkejut.
“ Benarkah..??” tanyanya tak percaya
“ Iya tan.. dia sadar dan dia minta agar semua selang dan alat Bantu detak jantung serta pernafasannya dilepas saja. Karena dia ingin bebas bergerak. Tante bilangin sama Dokter ya..” kataku dengan semangat. Mama Ira melihat kearah tubuh lemah Anton.
“ Kamu gak becandakan Cit..??” Tanya Mama Ira lagi masih belum percaya.
“ Ya ampun Tan. Citra gak boo’ng dan Anton minta tante juga sering sering datang ketempat dia nanti. Citra seneeeng banget semalam sempat ngobrol sama Anton. Tapi dia keburu capek dan minta agar Citra biarin dia tidur lagi. Ya sudah sampai sekarang dia masih tidur lagi.” Ceritaku. Mama Ira yang diam kembali.
“ Ya sudah kalau begitu. Nanti Tante bilang pada Dokter untuk melepas semua ini dari tubuh Anton. Sekarang kamu pulang. Nanti malah telat kesekolahnya.” Ujar Mama Ira dan mencium keningku. Aku mengangguk dan menuruti kata katanya. aku mengambil tas tanganku yang terletak di sofa dan mendekat kearah Anton
“ Sayang.. nanti Mama Anton akan bilang sama Dokter untuk melakukan apa yang Anton bilang semalam sama Citra. Sekarang Citra mau pulang dulu. Karena masih ada ujian. Citra Sayang banget sama Anton..” aku mencium pipi Anton dan bergegas keluar setelah berpamitan pada Mama Ira.

Hari ini aku merasa ujian terakhir ini menghabiskan waktu yang lama banget. Karena aku ingin cepat cepat menemui Anton yang sudah sehat dan duduk ngobrol bersama Mama Ira. Aku terus tersenyum sepanjang ujian kali ini. Aku benar benar bahagia. Selesai ujian aku segera bergegas keparkiran dan mengeluarkan motor bebek milik Anton. Setelah diperbaiki dari rusak hebatnya motor itu sekarang aku yang pakai. Aku segera menuju rumah sakit. Namun saat aku baru saja menghidupkan mesin motor. Hpku bergetar dan Mama Ira memanggil.
“ Ya Tan.. gimana Anton..? udah ngobrol ya..?” tanyaku bahagia. Mama Ira diam
“ Tante.. hallo.. ada apa Tan..?” ulangku.
“ Citra.. kamu cepat ke rumah sakit ya.. setelah alat Bantu detak jantung Anton dilepas dia sekarat dan sekarang ada di UGD. Kamu cepat kesini ya.. tante mohon..” pinta Mama Ira. Ini gak mungkin. Aku merasa lemas. Gak mungkin Anton kembali parah.
“ Citra.. Citra kamu kenapa..?” Dimas dan anak anak yang lain melihat keadanku.
“ Anton.. Dim.. Anton masuk UGD lagi. Pliss. Aku gak bisa bawa motor.. tolong bawa aku kesana.”
Pintaku. Dimas mengangguk dan segera mengambil alih kemudi motor dan membawaku kerumah sakit.

Sesampainya dirumah sakit. Aku segera berlari menerobos semuanya menuju UGD. Aku ingin cepat cepat sampai disana. Aku harus mengucapkan maaf berkali kalis aat aku menabrak beberapa orang karena terburu buru. Dan sekarang aku sudah berada didepan UGD. Dan menemukan Mama Ira baru keluar dari dalam.
“ Tante.. bagaimana..? Anton baik baik saja kan..???” Tanyaku dan mengguncang tubuh Mama Ira.
“ Tadi saat semua alat Bantu pernafasan dan alat pacu jantungnya dilepas. Tiba tiba saja Anto tersentak dan mengejang. Setelah masuk UGD ternyata Dokter mengatakan kalau pembekuan darah diotak Anton telah memecah dan menyebabkan…. ANTONN………!!!!! Ha.. Citra Anton.. Anton harus pergi Cit.. ha.. hiks..hikss..hiksss..” tangis Mama Ira meledak tak terkecuali aku. Saat pintu UGD terbuka dan tubuh Anton yang sudah bertutup selimut dan berbaring diatas brangkat keluar. Aku membuka selimut yang menutup seluruh muka Anton itu. Kulihat Senyuman manisnya ada disana. Dingin sangat dingin tubuh Anton sekarang.. aku tidak bisa tahan. Aku langsung memeluk Jasad Anton, kekasih yang kucintai itu. Yang kini tinggal Jasad tak bernyawa lagi...
“ Anton.. kamu bohong.. kamu bilang akan sembuh dan sama sama aku untuk jadi pengacara.. kenapa kamu malah ningglin aku.. Anton bangun kamu harus bangun….” Aku menguncang guncang tubuh yang kini lemah tak berdaya itu dengan keras. Namun semua keinginanku sia-sia. Anton tidak akan pernah bangun kembali.
Mama Ira menarik tubuhku, menjauhkanku Dari jasad Anton yang semangkin memucat. Aku dan Mama Ira hanya dapat berpelukan sedih. Bahkan bermimpipun aku tidak pernah kalau Anton sampai meninggalkan kami.
Hari itu juga Jasad Anton dibawa kerumah untuk disemayamkan. Cuaca mendung mengiriingi kepergian Anton ketempat pembaringan terakhirnya. Diantar Aku. Mama Ira. Papaku. Mamaku. Dan seluruh teman teman kami. Aku sungguh tak kuasa dan ingin ikut kedalam saat melihat sedikit demi sedikit tanah mulai memenuhi tempatnya dan mengubur tubuhnya didalam sana. Aku merasa bodoh dan tak kuasa menerima semua ini. Aku tidak menyangka Anton akan meninggal. Semua tidak menyangka Anton yang ramah tamah itu akan meninggalkan kami secepat ini. Apa yang harus aku lakukan setelah dia pergi..??? aku tidak dapat melakukan apapun lagi. Anton satu satunya harapanku untuk tetap kuat. Kini dia pergi meninggalkan aku untuk selamanya.

Aku dan Mama Ira keluar dari gerbang pemakaman. Dari jah aku masih tetap melihat kearah makam Anton yang masih merah. Dan saat Aku dan Mama Ira masuk kedalam mobil. Rintik rintik perlahan hujan turun membasahi makam itu. Aku melarang Mama Ira untuk menghidupkan mesin Mobil. Aku masih ingin melihat lebih lama makam Anton yang semangkin sepi. Tiada lagi yang menemaninya. Juga tidak dengan aku yang selama ini setia berada disisinya.
“ Sebelum Anton mengehembuskan nafas terakhirnya. Dia sempat berkata. Kalau Papa menjemputnya..” Mama Ira memecahkan kesunyian diantara kami yang tetap menatap sendu pada makam Anton. Suara curan hujan menambah kesedihan hatiku mengingat Anton.
“ Dia bilang Papa ingin punya teman Disana..” lanjut Mama Ira.
“ Setelah Papa meninggal. Vita juga ikut meninggalkan Tante. Dan sekarang Anton juga meninggalkan tante. Apakah anak anak Tante lebih menyayangi Papa mereka..?” aku meraih jemari Mama Ira dan menenangkannya.
“ Tante.. jangan sedih lagi ya. Kan ada Citra. Mulai sekarang Citra akan jadi anak tante. Setia bersama tante. Mama dan Papa Citra juga udah setuju. Jadi tante jangan sedih lagi ya..” aku memeluknya dari samping. Mama Ira mencoba tegar.
“ Makasih ya Cit..” ucapnya. Aku mengangguk.
“ Sungguh tante tetap tidak sanggup meniggalkan Anton disana. Dia masih terlalu muda untuk mempertanggung jawabkan semunya di hadapan Allah. Dia masih belum cukup iman..” katanya lagi
“ Mungkin karena Allah sayang sama Anton Tan. Makanya Allah lebih cepat mengambil dia dari Kita. Agar Anton tidak melakukan kesalahan yang lebih fatal lagi. Tapi Citra merasa semua itu cepat banget ya. Kayaknya baru semalam Citra dan Anton pacaran, dan sekarang Anton udah gak ada dihadapan kita lagi.” Lidahku kelu. Aku mencoba menahan air mata yang akan jatuh berderai saat ini.
“ Citra.. Anton memang adil ya, dia meninggalkan kamu saat ujian telah selesai. Kamu hanya tinggal menunggu hasil dari ujian kamu. Dan kamu juga harus menepati janji kamu disaat terakhir Anton tersadar dari komanya..”
“ Citra rasa. Itu hanya mimpi Tan. Anton tidak sadar seperti apa yang terjadi semalam. Anton hanya mengucapkan salam perpisahan pada Citra lewat mimpi. Tapi citra bahagia bisa merasakan saat saat itu… citra janji tan.. mulai bulan depan Citra akan mencoba untuk lebih giat lagi dalam ujian SPMB dan akan melanjutkan cita cita Citra da Anton dulu. Tante do’in ya..” Mama Ira kembali meraih jemariku dan memerasnya kuat.
“ Tante sayang sama kamu Cit. sayang banget. Rasa sayang ingin sama seperti tante menyayangi Anton. Kamu harus tetap disamping tante ya.. jangan tinggalin tante seperti Anton meninggalkan kita..” ucapnya. Aku kembali mengangguk.
“ Ya Tan.. lihat rumah Anton basah… Anton pasti kedinginan disana..” ujarku tak menentu. Mama Ira terisak.
“ Citra.. semalam tante masuk kekamar Anton.. dan tante menemukan ini dilaci meja belajarnya..” Mama Ira membuka tasnya dan mengeluarkan kotak merah kecil dari dalamnya.
“ Apa itu Tan..???” tanyaku penasaran. Mama Ira memberikannya padaku.
“ Cincin…??” tanyaku tak percaya.
“ Tante yakin itu pasti hadiah yang akan diberikan Anton untuk kamu saat kuliah nanti.. karena tante juga menemukan agenda miliknya.. ini sebaiknya kamu simpan baik baik. Dan teruskan cerita cinta kalian disana.” Ujar Mama Ira.
“ Satu lagi. Jangan terus berlanjut dalam kesedihan ini. Semua ini harus kamu jadikan kenangan. Cobalah untuk tetap menghadap kedepan. Bersama tante.. temukan pengganti Anton. Karena Anton juga tidak ingin kamu tetap sendiri.” Tambah Mama Ira
“ Tapi Citra belum siap Tan.. citra belum siap menemukan pengganti Anton. Itu terlalu sulit..” aku menepiskan permintaan Mama Ira itu.
“ Tante tau.. bukan sekarang. Tapi nanti. Setelah luka ini mengering..” kata Mama Ira.
“ Mulai besok kita harus sering sering kesini. Menaburkan bunga dan membacakan do’a untuk keselamatan Anton disana… kamu harus tetap ikut tante ya..”
aku mengangguk mantap. Mama Ira mulai menghidupkan mesin mobilnya. Dan aku tetap memperhatikan makam Anton. Kubuka kotak kecil itu sekali lagi. Mengeluarkan benda bulat didalamnya dan mengenakannya di tangan kananku tepatnya jari manisku. Pass..! itu pass dan tidak kebesaran juga tidak kekecilan. Anton memang orang yang sempurna. Sayang dia terlalu sempurna untuk kumiliki sehingga harus aku relakan dia pergi.
“ Citra janji sama kamu Ton. Citra akan tetap mengenakan cincin ini sampai kapanpun. Seperti cinta Citra yang akan tetap ada untuk anton. Selamanya.. Citra sayang sama Anton..” gumamku dalam hati.
Mobil Mama Ira perlahan menginggalkan pemakaman. Makam Anton. Semangkin lama kulihat semangkin kecil dan hilang saat mobil sudah keluar dan bersatu dalam lalu lintas jalanan. Curah hujan masih tetap mengguyur jalan. Seperti matak yang tak ingin menghabiskan air mataku untuk Anton. Kemendungan Hari ini seperti turut bersedih dengan kepergian Anton. Namun walaupun Anton pergi. Aku akan tetap mengenangnya dalam hati. Walaupun Anton pergi. Cinta suci ini hanya untuk dirinya. Dan setelah Anton pergi.. aku tidak tau.. kapan menemukan cinta sejati..?????



Tamat

Cerpen selanjutnya

“ Aku Cuma Ingin Jadi Pacar Kamu”
By : Agnes

“ Sial Telat telat...”
Aku melompat dari tempat tidur dan langsung masuk kedalam mandi. Bahkan aku tidak akan pernah berfikir ini bisa dinamakan mandi bebek atau mandi ayam. Yang jelas begitu keluar aku langsung menumpahkan setengah isi farfumku kebadan.
“ Bun.. kenapa gak bangunin aku sih… telatkan jadinya…” ketusku begitu mendapati Bunda menyiapkan sarapan untuk Ayah.
“ Lho kok malah nyalahin bunda Mbak Tia yang gak mau bangun. Dari tadikan udah bunda bangunin. Tapi jawabannya. Iya Bun. Lima menit lagi.. jadi jangan salahin bunda dong..” aku cemberut.
” Ya udah.. aku pergi.. dada...” Pamitku dan berlari keluar rumah.
“ Gak sarapan…?” aku masih bisa mendengar teriakan Bunda, tapi tidak terlalu aku gubris. Dipikiranku hanya terbanyang kemacetan jalan.
” Tuhan Tolong.. jangan buat hari ini macet...” ucapku dan melajukan mobilku menuju SMA Nusa Bangsa.
*****

” Maaf Buk saya terlambat...” Aku tiba disekolah 20 menit setelah Bu Herni. Guru Matematika dikelasku sudah masuk.
” Chintia.. kenapa kamu bisa terlambat..?” Bu Herni mendekatiku dengan tatapan membunuh.
” Itu buk.. saya..saya telat bangun..” aku hanya dapat menjawab kalimat itu, karena memang aku terlambat bangun. Kenapa juga aku tidak mendengar kalau Bunda berulang kali membanguniku.
” Bohong tuh bu. Chintia keasikan libur mingguan tuh buk.. makanya telat bangun... Ha..ha..ha..” Aku mengalihkan pandangannya pada sudut ruangan kelas. Dimana Rendy duduk. Yang dilihat malah menjulurkan lidah kearahku. Dan membuat aku semangkin dongkol.
” Sudah..sudah.. cepat duduk. Saya tidak mau kamu terlambat untuk besok. Karena besok kita ada ujian..” Bu Herni mempersilahkanku duduk. Ketempatku. Syukur, Bu Herni tidak memberikan aku hukuman.
” Kenapa Ti.. kok lo bisa terlat..?” aku duduk dengan aman, dan disambut Gebby dengan senyumannya.
” Gak tau. Semalam gue kelamaan tidur. Habisnya laporan tentang pentas Seni hari sabtu kemarin baru gue selesain tadi malam. Gue takut Ferdy marah. Karena hasil Perntas seni mau jadi berita utama di Koran Sekolah..” aku menjelaskan sambil mengeluarkan buku matematika serta perangkat tulis lainnya.
” Chintia.. berhenti bercerita.. sekarang saatnya beralajar.” ini karena bangkuku yang berada didepan. Membuatu Bu Herni lebih jelas mendengar kasak kusuk diantara aku dan Gebby. Dan hal itu membuat aku dan Gebby terdiam.Tapi aku masih kesal pada sosok cowok menyebalkan dibelakang sana. Untuk apa dia mencampuri urusanku. Sampai mengatakan hal yang tidak benar.

*****
Waktu istirahat tiba. Aku benar benar ingin menyerang Rendy. Rasanya kekesalanku sudah sampai keubun ubun. Dan saat Rendy melewati bangkuku. Dengan sengaja aku menjulurkan kaki tepat saat Rendy berjalan. Hingga Rendy hampir saja terjatuh.
” Sialan lo ya.. apa maksud lo..” Ujar Rendy marah padaku. Aku hanya menanggapi dengan santai. Bahkan bisa dikatakan tidak menggubrisnya.
“ Heh.. nenek sihir tukang party.. lo tu seharusnya sadar kalau hari ini kesalahan elo bertumpuk. Datangnya telat. Nggak ngerjain tugas bu herni. Sekarang elo sengaja mau ngebuat gue jatuh..” aku mengepalkan jemariku keras. Ingin rasanya aku menjatuhkan pululan bertubi tubi pada bocah satu ini. Tapi tahan..tahan… aku tidak boleh melakukan itu padanya.
“ Kenapa… elo udah gak sabaran iya…? Ratu Party bisa marah juga rupanya. Kenapa elo mau mukul gue.. nih pukul kalau lo berani..pukul Ti pukul…” Rendy mendekatkan wajahnya kepadaku. Ledekan manusia satu ini membuat aku naik darah. Dia pikir aku tidak berani memukulnya.
Rasakan…!!!!
“ Bugh…!” Kesabaranku habis. Semua mata yang melihat kelakuanku tercengang. Aku merasakan kepedihan ditanganku. Tangan ini baru saja mendarat mulus tepat diwajah mulus Rendy. Ini kali pertama aku melakukannya. Dan ini juga atas permintaan dia yang menantangku. Aku benar benar tidak tahan lagi. Rendy memegang hidungnya yang perlahan lahan mengeluarkan darah lalu Rendy jatuh tersungkur.
” Pertama.. gue bukan asik asikan liburan. Gue lagi ngerjain tugas sampai kemaleman dan gue kesiangan,ngerti lo.. yang kedua.. gue bukan sengaja ninggalin buku tugas gue karena kesiangan gue jadi salah bawa buku dan yang ketiga.. tarik kata kata elo yang bilang gue ratu Party. Faham lo. Karena gue bukan kayak elo yang doyan Party, jangan samakan gue sama elo. atau sekali lagi tangan gue ngerusak wajah yang selalu elo bilang tampan.. najis gue sama elo…” aku meneriaki Rendy dengan keras. Sementara Rendy terdiam. Tidak bisa menjawab apa lagi meneriakiku seperti tadi. Beberapa teman yang lain membantunya. Aku sudah merasa puas dengan apa yang baru saja aku lakukan. Rendy melihat tangannya yang berdarah estela memegang hidungnya. Aku tidak ingin terus terusan disini. Dengan langkah santai aku menuju ruang sekertariat Osis, mencari Restu si Ketua Osis.
“ Restu mana…? Nih laporan gue..” Aku menyerahkan Hasil ketikan beritaku pada Ningsih si Sekertaris yang sedang memperbaiki buku keuangan. Eh.. Sekertaris kenapa memperbaiki buku keuangan. Bukannya itu tugas bendahara Osis. Ah masa bodo.
“ Restu lagi di UKS Ti. Katanya Rendy elo hajar ya sampai tu anak pingsan...?” aku menatap Ningsih.
” Dari mana elo tau.. gue gak tau si Rendy pingsan.” aku membela diri. Yang kulihat malah menarik nafas panjang dan meninggalkanku begitu saja.
” Hei.. wei.. Sih lo apa apaan sih. Gue tanya dari mana elo tau...?” Aku menahan Ningsih.
” Buk.. ini sekolah.. ya tentu aja dari anak anak yang lain. Tega lo ya Ti. Udah ah.. gue males ngeladenin cewek kasar kayak elo.” What.. Ningsih bilang aku cewek kasar. Gak salah..? aku mukul Rendy juga karena kesalahan diakan. Kenapa dia mesti ngejelekin aku. Dan kenapa sekarang anak anak yang lain malah ngebelain Rendy bukannya membela aku. Sementara yang lain juga ngedengarkan kalau aku yang di Cerca Rendy. Kenapa dunia malah terbalik membela yang salah.
Aku kembali kekelas. Tapi disana sepi. Kemana semua anak anak. Bukannya ini sudah waktu kembali belajar. Semua juga dengarkan kalau Bap Bambang sudah membunyikan bel dengan keras tadi. Tapi kemana semuanya.. aku langsung menuju bangkuku dan menunggu dengan sabar siapa tau mereka masih asik dikantin.
5 menit....
10 menit...
Kenapa guru juga tidak datang. Ada apa sebenarnya. Dari pada penasan lebih baik keluar. Aku berjalan menuju pintu kelas dan tiba tiba segerombolan anak XII IPA 1 menerobos masuk dan menatapku dengan tatapan tidak jelas.
“ Kenapa kalian…?” tanyaku penasar. Tapi mereka sama sekali tidak menjawab pertanyaanku.
” Tia. Elo tega ya mukul Rendy kayak gitu..” Vika angkat bicara. Dia mewakili semuanya menyalahkanku.
“ Kenapa malah nyalahin gue sih. Kan jelas jelas Rendy tuh yang salah. Diakan yang mengibarkan bendera permusuhan pertama kali sama gue. Bukan Cuma hari ini. Kemarin kemarin juga sering kok. Dia ngeledekin gue. Dia numpahin teh botol dia seragam gue dengan sengaja. Dia ngeletakin Ulat bulu dibangku gue. Jelaskan gue takut sama Ulat.Dia juga bilang yang sebenarnya gue gak lakuin kan. Kenapa elo semua ngebelain dia sih.. jadi elo semua gak masuk karena nungguin tuh bocah di UKS. Apa sih hebatnya si Rendy…?” Aku marah. Jelas aku marah. Ini sebuah penghinaan. Dimana keadilan. Kenapa aku yang disalahkan..?
“ Elo salah besar Tia. Chintia Putri.. elo emang gak punya hati. Gak punya perasaan dan gak bisa ngerti apa yang dilakukan Rendy itu sama elo karena dia punya arti...” Aku memalingkan wajah Ini Chika yang bicara.
“ Kalau gitu apa artinya. Kalau sama cowok kayak dia ngapain gue punya hati..?” ketusku kesal.
“ Gue kasi tau elo ya.. kita semua juga tau kejahilan Rendy sama elo. Waktu Rendy numpahin teh botol dia kebaju elo karena apa.. karena kancing baju elo kebuka dan dia sama sekali gak berani bilang takutnya ntar elo pikir dia merhatiin yang tidak pantas dia perhatiin. Jadi dengan cara itu Rendy ngasi elo kode agar elo ganti segaram dan memperhatkan baju elo biar gak terbuka lagi..” Aku kembali mengalihkan pandangan Santi memberi komentar. Waduh.. aku di sidang satu kelas nih ceritanya.
” Gue juga mau kasi tau elo. Waktu Rendy ngeletakin ulat bulu dibangku elo karena waktu itu bangku elo rusak dan ribut banget kalau diduduki. Lagi pula bangku elo udah mau patah dan kami semua gak tau. Cuma Rendy yang tau. Kalau dia mindahin bangku elo secara langsung, ntar elo kirain dia kurang kerjaan. Jadi dengan cara itu Rendy ngebuat elo pindah bangku. Dan bangku elo diganti. Sadar gak sih elo kalau Rendy itu perhatian sama elo..?” Sekarang Mely. Kenapa mereka semua tau..? kepalaku jadi pusing.
” Rendy bilang elo Ratu Party itu bukan sengaja Tia. Dia juga gak akan setega itu sama elo. Dia Cuma ngelakuin itu agar elo gak ngulangin keterlambatan elo setiap saat. Rendy bilang kalau elo keasikan liburan. Agar sekali lagi elo itu bisa bagi waktu biar elonya bisa konsen belajar. Bukan semata mata ngebilangin yang tidak tidak sama elo Tia. Tapi elonya gak ngerespon. Elo malah ngebuat dia jatuh dan ditambah mukul dia. Kita semua ngecap elo cewek Tega Tia..” Ratih menambahi. aku terdiam. Begitu banyak kejahilan Rendy padaku dan semua kejahilan itu ada maksudnya.
” Siapa suruh dia ngelakuin itu gak bilang bilang sama gue..” aku kembali membela diri.
” Mana ada orang yang suka akan bilang langsung Chintia..” Gebby teman sebangkuku. Sahabatku juga membela Rendy. Dan dia bilang apa.
” Suka aku..? Geb. Elo becanda jangan kelewatan. Si Rendy itru Playboy gue tau itu. Dan dia ngelakuin ini. Ok gue ucapin terima kasih. Tapi kalau elo bilang dia suka gue. Itu menurut gue harus di pikirin deh. Elo salah tu..” ketuku dan mendekat ke arah Gebby. Memegang bahunya keras dan menatap matanya tajam. Aku ingin lihat dimata itu ada kebohongan.
” Gue gak bohong. Dan gak ada yang perlu dipikirin. Semua saksinya. Rendy sendiri yang bilang kalau dia sayang sama elo. Dan itu dia tahan sejak kelas 1 Tia. Elo seharusnya menyadari. Tapi elo malah nganggap Rendy musuh. Dan dia bukan Playboy. Dia ngedeketin banyak cewek karena mau konfirmasi tentang elo. Tapi ternyata kabar ini gak pernah sampai ketelinga elo ya..” Gebby melepaskan cengkramanku dan menjauh. Kembali duduk dibangkunya.
“ Tia.. pukulan elo keras banget tau gak. Sampai hidung si Rendy patah. Elo juga tega teganya. Lo taukan kalau Rendy takut darah. Dia pingsan tau gak gara gara elo.” Ozi menggelengkan kepala melihatku. Aku kembali terdiam. Guru FĂ­sika masuk semua kembali ketempat masing masing. Proses penyidanganku berakhir aku hanya kembali kebangkuku dengan sejuta kebingungan. Bagaimana mungkin tidak bingung. Hari ini aku betul betul dikejutkan dengan kabar yang mengatakan Rendy menyukaiku. Rendy melakukan banyak kejahilan padaku karena maksud ini..? karena keperhatian dia padaku. Kenapa aku tidak mengetahuinya..? aku benar benar bersalah pada Rendy.

********
Besoknya Rendy tidak masuk sekolah. Kata Priscila Sekertaris kelas. Rendy harus istirahat dirumah karena hidungnya yang masih bengkak tidak memungkinkan dia untuk hadir kesekolah. Aku jadi merasa bersalah dengan kelakuanku. Aku sadar pukulanku semalam memang keras. Karena malamnya tanganku mendenyut hebat. Terasa nyeri.
” Elo mesti ngejenguk dia Tia..” Tiba tiba Priscila mendekat kebangkuku.
“ Kenapa mesti gue. Anak anak yang lainkan ada. Lagi pula udah ada anggota Humaskan yang tugasnya ngejenguk yang sakit. Gue nyumbang deh. Gue beliin buah kalau elo mau..” tukasku dan menunduk. Aku tidak tahan dilihat terus seakan akan aku narapidana hukum mati.
” Beliin buah dan elo yang nganterin kerumah dia. Elo mesti tau kalau sebenarnya Rendy itu sayang sama elo. Kita gak mau tau.” Sejak kapan anak anak yang lain ngumpul dibangkuku.
” Iya iya.. gue nyerah.. gue bakalan ngejenguk dia. Puas lo semua..” kataku ketus. Aku menyesali kata kataku. Kenapa aku langsung setuju begitu saja. Meyuebalkan. Ini namanya keluar dari mulut harimau masuk kemulut Buaya. Bunuh diri ini namanya.

Begitu bel pulang berbunyi. Priscila menyerahkan uang sumbangan kepadaku.
” Kurangnya elo yang nambahin.” Katanya dan berlalu dari padanganku. Aku hampir saja menangis. Mereka kejam padaku. Walaupun aku yang bersalah. Kenapa mebiarkan aku pergi sendirian. Ini terlalu kejam.
Aku membeli buah sebelum menuju rumah Rendy. Biasanya kalau menjenguk orang sakit biasanya beli buah apa saja ya. Apel,jeruk,anggur,trus mangga ya. Ah gak mungkin orang sakit dikasi mangga. Tapi Rendykan tidak sakit parah. Bodoh amat. Yang penting buah.
Aku sampai dirumah Rendy. Aku baru pertama kali datang kemari. Ini juga sekaligus mau meminta maaf atas kelakuanku padanya. Tapi rumah ini lumayan sepi. Kemana semua Orang.
” Assalamualaikum.. selamat siang....” aku memencet bel sebanyak mungkin. Diluar panas. Rumah Rendy juga terlihat rumah begitu tertutup. Buktinya pagar rumahnya saja menjulang tinggi. Bisa disebut Pagar pencakar langit.
” Nyarik siapa ya non..?” seorang wanita separuh baya membukakan pintu pagar padaku.
” Rendynya ada..? saya temen sekolahnya..” jawabku. Si wanita mempersilahkanku masuk.
” Mas Rendy ada dikamarnya Non. Mau saya panggilkan atau langsung kekamarnya...” tanya si wanita itu lagi.
“ Panggilin aja deh Buk. Saya tunggu disini.” Wanita itu pergi meninggalkanku sebelumnya mempersilahkan aku menunggu diruang tamu. Aku memperhatikan banyak fhoto keluarga Rendy disana. Anak itu selalu terlihat lebih unggul. Buktinya dirumahnya saja lebih banyak fhoto dia dari pada adiknya.
“ Non.. kata Mas Rendy. Langsung kekamarnya saja. Mas Rendy masih terlalu lemah untuk keluar. Silahkan... kamarnya mas Rendy ada diatas..” Begitu kembali Wanita itu langsung mempersilahkanku naik keatas. Rese ya ini anak. Sakit tapi banyak maunya. Mana mungkin hidung yang patah. Tapi masih lemas. Seperti apa sih parahnya. Aku menaiki anak tangga menuju kamar Rendy. Tempat dimana Wanita tadi menunjukkannya. Dan sekarang aku sudah berdiri disana. Kenapa tiba tiba tanganku tidak bisa bergerak.
” Ngapain lo...mau mukul gue lagi” aku kaget. Karena tiba tiba Rendy keluar dari kamarnya. Dia mundur beberapa langkah menjauhi pintu kamar begitu melihatku.
” Aku.. aku..aku..Cuma mau nganterin titipannya anak anak...sama mau minta maaf..” jawabku terbata. Rendy mengagetkanku makanya aku jadi gugup.
” Ya sudah. Kita bicara diteras saja..” dasar tidak sopan. Terima kek bawaan aku dia malah berjalan meninggalkanku.
” Duduk..” aku menurut waktu Rendy mempersilahkanku duduk dibangku besi diteras. Tempatnya asik. Dari sini terlihat taman rumah Rendy. Setauku tadi begitu masuk tidak ada teras dan ini.
” Ini belakang rumah gue..” jawab Rendy seolah tau ke herananku.
” Oh gitu..! ya udah. Gimana keadaan elo..?” tanyaku ketus. Tidak perlu manis manis padanya.
” Seperti yang elo lihat. Hidung gue patah.. puas lo..” aku memperhatikan Rendy. Memang hidungnya di perban.
” Masih sakit..?” tanyaku lagi.
” Udah mendingan. Sebenarnya niat elo apa datang kemari. Bawa buah segala. Tumben nih.” mulai. Dia meledekku lagi. Inikan permintaan anak anak. Bukan kemauanku.
” Heh.. Untung ya gue mau ngejenguk elo. Ini juga anak anak yang maksa Kalau tidak gue juga gak bakalan datang.” Ketusku.
” Tadi gue denger elo bilang mau minta maaf. Gini cara elo minta maaf ke gue..?” aku meliriknya. Dasar Rendy suka sekali memancing emosiku. Kali ini aku harus sabar.
” Iya maafin gue.. gue tau gue salah. Gue tau..kalau selama ini elo perhatian sama gue. Dan gue salah nggak ngerasain itu dari dulu..” ujarku panjang lebar.
” Jadi sekarang elo sadar kalau gue suka sama elo..? hah.. tapi telat Ti.. gue gak suka cewek kasar. Dan gue juga udah gak berharap sama elo lagi. Mulai lusa waktu gue masuk sekolah gue juga gak akan merhatiin elo lagi. Biarin aja apapun yang terjadi sama elo gue MASA BODO...” aku tertunduk. Kenapa tiba tiba perkataan ini rasanya menyakitkan. Seharusnya akukan senang. Karena dengan begini aku tidak akan dijahili Rendy lagi.
” Oh gitu...” kata kata itu melucur begitu saja tanpa aku sadari.
” Kenapa..? elo kecewa..?” Rendy mendekat kearahku. Aku semangkin menundukkan kepalaku.
” Gue datang Cuma mau minta maaf. Dan gak ada ngebahas tentang perasaan elo ke gue. Toh dari dulu gue juga gak pernah ngerasain apa apa sama elo. Gue Cuma baru disadarkan saja sama anak anak yang lebih dulu tau. Dan kalau elo ilfil sama gue karena gue mukul elo. Ya Fine.. gue gak maksa untuk elo memperhatankan perasaan elo ke gue..” aku mengangkat wajahku dan beradu pandangan dengan Rendy. Jantungku tiba tiba berdetak cepat. Tatapan itu begitu membuat aku ingin pingsan. Baru kali ini aku ditatap begitu.
” Jangan lihat gue seperti itu. Seolah olah gue punya salah besar sama elo..” kataku. Rendy malah tertawa.
” Itu gak buat gue tetap suka sama elo. Udah gak usah cemberut. Maaf karena selama ini mungkin apa yang gue buat salah. Gue gak bisa ngungkapin perasaan gue langsung sama elo. Tapi gue juga gak bisa untuk gak merhatiin elo. Tapi Cuma cara cara jahil yang bisa gue buat untuk mengungkapkan itu semua. Gue juga salah gue bilang keanak anak kalau gue suka sama elo. Tapi sama elonya sendiri gue gak pernah bilang. 2 tahun nunggu rasanya sakit banget. Dan gue gak pernah menyangka akan ada kejadian ini. Pukulan elo emang nyakitin. Tapi rasa sakit itu hilang gitu aja karena kehadiran elo sekarang.” Rendy kembali menatapku. Aku membalas menatapnya dan rasanya aku ingin menangis.
” Gue Cuma mau elo itu sadar sendiri dengan apa yang gue buat. Ternyata elo gak nyambung. Gak nalar sama sekali dengan apa yang gue buat. Semua rasanya percuma...” Rendy menjauhiku dan berdiri dipinggiran teras. Aku mendekatinya dan berdiri tepat disebelahnya.
” Gak salah kok Ren. Dan gak percuma.. gue ngerasa terima kasih banget dengan yang elo buat ke gue. Kalau gak ada elo mungkin saat baju gue kebuka bisa jadi tontonan geratis anak anak lain. Dan kalau gak ada ulat bulu dibangku gue. Mungkin gue jatuh dari bangku dan jadi bahan tertawaan anak anak. Gue seneng karena perhatian elo. Dan gue malu ngatain ini. Jangan berhenti untuk ngejahilin gue...” kataku. Dan aku tidak dapat membendung lagi air mataku. Bahkan aku sendiri juga tidak tau. Kenapa bisa menangis. Ini sungguh memalukan. Rendy memalingkan wajahnya kearaku. Dan menyeka air mata yang jatuh dipipiku lembut. Tanganya hangat. Namun aku dapat merasakan kalau jari jari itu bergetar.
” Kenapa nangis. Chintia, Gue nunggu kata kata ini udah lama Ti. Gue pikir elo gak akan pernah bilang. Tia. Gue pingin elo bilang kalau gue gak boleh berhenti ngejahilin elo.. Chintia. Gue Cuma mau ngungkapin perasaan gue ke elo. Tapi gue gak tau caranya gimana. Dan mungkin ini jalannya. Chintia. Aku Cuma pingin jadi pacar kamu...” Rendy kembali menatap hamparan taman didepannya.
” WOIIII....KELUAR...” Teriaknya keras. Aku melihat kearah Rendy. Kenapa dia teriak. Tiba tiba dari balik pohon bambu hias di taman rumah Rendy keluar beberapa tidak hampir semuanya. Mereka teman teman sekelasku.
” Mereka...?? mau apa mereka disini...??” tanyaku bingung. Bagaimana mungkin tidak bingun. Ini sungguh kejutan yang luar biasa.
” Mereka lebih dulu datang dari pada kamu Ti. Mereka yang ngasi tau aku kalau kamu mau datang. WEIII.. GUE UDAH BILANG PERASAAN GUE.... KELUARIN SEPANDUKNYA YET...” Rendy berteriak lagi. Aku melihat kebawah. Disana ada Yetno,Restu,Gebby juga ada. Lalu ada Santi,Mely,Ratih,Priscila dan Ozi juga ada. Mereka semua merencanakan ini. Yetno kembali dan mengulurkan sebuah spanduk bertuliskan.
” MAAFIN RENDY CHINTIA.. TERIMA DIA JADI PACAR KAMU....”
Aku menutup mulutku kaget. Apa apaan ini.
” Maukan maafin aku..?” tanya Rendy. Aku melihatnya.
” Kamu jahat...” ucapku.
” Aku jahat.. karena aku sayang kamu. Aku gak jahat jahat banget kok. Cuma ini yang aku mau. Tapi sulit aku ungkapin..” Rendy menatapku. Aku tertunduk.
” Cukup jawab iya atau tidak kok susah sih...?” tambah Rendy.
” Aku gak tau mau jawab apa..” ujarku.
” Kalau kamu suka. Kamu bisa bilang iya. Kalau kamu gak suka. Kamu tinggal bilang enggak..” tambah Rendy lagi. Aku berfikir. Dibawah sana ada teman temanku. Kalau sampai aku mengatakan tidak atau menggeleng saja. Mereka akan memusuhiku seumur hidupku dikelas. Dan kami masih banyak waktu dikelas untuk bersama sama. Mana mungkin aku tahan kalau dicuekin atau dianggap musuh. Kalau aku iyakan. Bagaimana. Aku memang tidak ingin munafik. Aku juga mulai merasakan rasa ini pada Rendy. Rasa dimana Benci menjadi Cinta. Mungkin aku bisa memulainya, memulai untuk menghentikan permusuhan antara kami.
” Aku mau... mau coba pacaran sama kamu..” jawabku.
” WEIIIII GUE DITERIMA...” Teriak Rendy. Anak anak yang ada ditaman bawah rumah Rendy bersorak kegirangan. Baguslah dengan begini aku tidak akan dimusuhi. Tapi bukan berarti aku menerima Rendy karena tidak ingin dimusuhi anak anak yang lain. Aku Cuma tidak ingin kehilangan Rendy.
Ternyata selama ini Rendy bertahan dengan kata katanya
Susahkan mengatakan
Aku Cuma Ingin Jadi Pacar Kamu...?
Yah sudahlah. Tapi kali ini. Aku jadian sama Rendy. Mudah mudah dia tidak akan jahil padaku. Kalau jahilnya karena menunjukkan perhatiannya. Tidak masalah. Tapi kalau lebih. Jangan...
” Makasih Ti..” ujar Rendy.
” Sama sama..” jawabku singkat.
Rasa haru masih menyelimuti hatiku. Rasa haru dimana cinta itu akan tumbuh dan terus tumbuh dihatiku. Bukan karena mendapatkan Rendy tapi karena mulai dari sekarang aku akan belajar mengerti cara seseorang memperhatikanku. Kalau semua yang mereka lakukan ada artinya.

Tamat

Kamis, 22 April 2010

Cerpen ke 2

Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]

“ Mel...! akhir akhir ini gue gak enak badan nih. Mungkin kecapekan kali ya.. boleh gak untuk beberapa hari gue gak ikutan buat LODTSS dulu...??”
Siang itu di Markas LODTSS sedang berkumpul Mely, Naomi dan Chika, juga beberapa anak anak yang lain. Mereka sedang sibuk membahas tentang TIM PENGOBAT HATI, tapi Mely tetap tidak puas dengan kerja Timnya, kenapa sudah hampir 1 minggu, dia tetap tidak menemukan apa yang dia inginkan. Kabar tentang keberadaan TIM PENGOBAT HATI.
“ Oh gitu Mi, yaudah kalau gitu, mendingan kamu pulang aja duluan. Ntar kalau kamu sakit malah berabe..” jawab Mely dan mendaratkan punggung tangannya ke kening Naomi.
“ Kamu demam tuch.. yaudah pulang aja gih..”suruhnya lagi.
“ Yaudah kalau gitu aku pulang duluan ya..” Naomi bergegas membereskan barang barang miliknya dan meninggalkan markas
Dilapangan
“ Hei..Hei.. itu Naomi. Udah denger kabar kan kalau Naomi itu takut sama cowok. Katanya kalau disentuh bisa pingsa...” terdengar bisik bisik dari belakang Naomi. Naomi mempercepat langkahnya menuju gerbang sekolah. Tapi sayang langkahnya dihentikan dengan 2 sosok yang menyeramkan dimatanya.
“ Hallo Naomi...” Ujar mereka dan menyentuh tangan Naomi. Naomi gemetaran dan sekujur tubuhnya gemetaran. Kakinya bahkan tidakkuat menahan berat tubuhnya. Dan Naomi terjatuh
“Eh beneran ya..Lucu lucu..” tawa mereka pecah. Naomi masih bisa mendengar ketika seseorang datang memarahi mereka
“ Perasaanku sudah tidak nyaman ketika Naomi meninggalkan Markas. Benar saja ada kalian. PERGI....!!!! atau aku buat kalian jadi Bakso...” Suara itu milik Mely. Tentu saja cowok cowok iseng itu lari ketakutan karena mereka memang tau. Mely jago karate, bisa bisa mereka jadi Bakso beneran. Gawat kan..!!
“ Mi..kamu gak apa – apa...?” Mely mendekati Naomi
“Aku gak bisa berdiri Mel.. kakiku lemas...” jawab Naomi gemetar
“ Ya udah. Sini aku bantu.” Mely mengulurkan tangannya membantu naomi untuk berdiri.
“ Aduh Mi,, kapan sih Phobia kamu sama cowok ilang, aneh tau gak sih aku ngeliatnya..”Mely membantu Naomimerapikan roknya yang kotor karena jatuh tadi.
“Aku gak tau Mel, tapi beneran aku takut banget sama cowok. Habisnya mereka ngehahilin aku terus,gimana aku bisa ngilangin phobia aku ini...” Jawab Naomi tertunduk.
“ Duh..!! harapan pingin jadi pengantin yang memakai gaun indah,ehh...!! ama cowok aja takut, gimana mau jadi pengantin kamu Mi...”keluah Mely
“ Iya ya,, aku pingin banget jadi pengantin..pakai gaun indah dengan cowok yang aku cintai.. tapi...!!! sejak SD aku udah dijahilin sama cowok cowok.. mereka membuatku takut.dan sampai sekarangpun tetap aku temukan cowok cowok jahil..mungkin mungkin emang udah takdirnya aku seperti ini Mel..” Tambah Naomi lagi. Mely Cuma bisa menghela nafas panjang,
“ Pengakit kamu emang langka Mi, aneh banget,dan jarang ditemuin penyakit kayak gini. Dan menurut aku. Obatnya itu Cuma 1,minta bantuan sama TIM PENGOBAT HATI..” Ujar Mely berbinar.
“ Mely...!! udah deh..kamu masih percaya akan keberadaan tim itu. Udah deh gak usah kemakan gosip mereka itu gak ada best...!!!” Keluh Naomi sambil merangkul Mely.
“ Aku percaya mereka ada, dan aku instingku gak akan salah.mereka itu ada, sebagai ketua Pimpinan redaksi LODTSS, aku yakin sekali. Aku sudah menghubungi mereka beberapa kali.. tapi,,,,,!” Mely tunduk dengan muka kusut.
“ Tapi kenapa..???”
“ Mereka tidak menemuiku...”
“ Karena memang gak ada kan Mel,udah deh gak usah....”perkataan Naomi langsung di putuskan Mely.
“ Pokoknya coba dulu saja..Okey... ada kabardari mereka, langsung hubungi aku ya....!!” Mely meninggalkan Naomi yang masih terbengong bengong ria.
‘ Apa aku memang harus meminta bantuan mereka..?? apa Phobiaku ini memang hanya minta pada salah satu dari mereka untuk mengobatinya..??’ Naomi memutar otaknya. Dan akhirnya menjatuhkan pilihan. Untuk menghubungi TIM PENGOBAT HATI
Di depan Lemari misterius.
‘ Aduh.. kalau mereka sama aja isengnya sama cowok cowok lain gimana..?? kalau mereka malah membuat aku semangkin parah gimana..???’ Naomi ragu akan pilihannya
‘ Tapi aku ingin sekali menyembuhkan kelemahanku ini,aku tidak ingin takut lagi sama cowok..’
Namun sama seperti Chika terdahulu,akhirnya Naomi memutuskan untuk memasukkan permohonannya disana.
Isi surat permohonan Naomi:
Dear TIM PENGOBAT HATI
Aku punya masalah nih, Please.. bantuin aku donk. Aku takut banget kalau berhadapan sama cowok, aku takut karena aku sering dijahilin,aku minta tolong, kalau kalian bisa menghilangkan perasaanku takutku pada cowok. Aku tunggu besokdi taman belakang sekolah,tepat bel istirahat pertama..- NAOMI-
Besoknya
Saat bel istirahat berbunyi, orang yang petama kali keluar dari kelas adalah Naomi, dan dia segera bergegaske taman belakang. Selama menuju kesana,pikirannya hanya tertuju pada 1 kata, Takut..!!
‘ Kalau bertemu cowok,aku langsung gemetaran, bahkan kakiku sendiri saja tidak kuat menahan tubuhku, aku malu banget sama phobiaku ini, apa lagi kalau mereka sampai menyentuhku,mataku langsung berkunang kunang, dan bisa saja aku pingsan,kejadian ini bukan untuk pertama kalnya terjadi,tapi ini sudah sering. Kalau TIM PENGOBAT HATI itu memang ada,aku berharap mereka dapat menyembuhkan penyakitku ini..’ GumamMaoni terus didalam hatinya.
Naomi tiba di taman
‘ Tuchkan gak ada, buntinya aja aku udah ngelamain jalan juga dia gak ada disini.. Duch sirna donk uang jajan 100 ribu aku..’ Naomi terduduk lemas di bangku batu taman sekolah. Kakinya menendang mendang bebatuan kecil dihadapannya dan bibirnya menggerutu kesal
“ Hai..!! Duch..kelamaan ya nunggunya..” Jantung Naomi seaakn berhenti berdetak ketika seseorang menyapanya.
“ HAHHH...!!!” ‘ Dia betul betul ada’ pikir Naomi.
Bukan Cuma kaget tapi diajuga tercengang. Cowok dihadapannya tampan dan keren
“ Aku Robby.. aku merima surat kamu, katanya kamu ada masalah ya..?? mungkin aku bisa bantu.. Aku akan coba untuk ngilangin rasa takut kalau sama cowok,tenang lah,gak usah tegang seperti itu. Jujur Waktu aku terbatas,saat jam masuk nanti,aku masih ada mata pelajaran. Mohon jangan sia siakan waktu ini ya..”ujarnya Dingin.
Naomi gemetaran. Pandangannya kabur,, ‘ TAKUT...TAKUT....TAKUT...TAKUT... bagaimana ini,aku takut sekali...’ katanya dalam hati dan mencoba untuk tetap tenang.
“ Gimana masih takut berdekatan sama cowok...???” tanya Robby lagi dan menatap Naomi dalam dalam. Hati Naomi bagai tertusuk panah. Bercampur aduk, antara takut, dan terpesona melihat Robby. Sangkin takutnya Naomi tidak bisa menjawab pertanyaan Robby itu.
Robby menghelanafas dan duduk jauh dari Naomi.
“Baiklah..aku tidak bisa memaksa kamu untuk secara reflexs menghilangkan phobiamu. Kita bisa melakukannya bersama sama. Kita sama sama menyelesaikan masalahmu...” ujar Robby lagi. Dan kembali menjauhkan diri dari Naomi
“ I..i..i..i..iya...” jawab Naomi gemetaran
15 menit berlalu. ‘ Masak mau ngebantuin aku ngilangin phobiaku,kami Cuma diem dieman kayak gini..’ ujar Naomi. “TING..TONG..TING..TONG...!!!!” Suara Belistirahat berakhir memecahkan kesunyian antara Naomi dan Robby
“ Ya sudah kalau gitu. Kita ketemu besok ditempat ini di saat pulang sekolah saja. Okey... Aku masuk dulu. Bay Naomi..”Robby mengelus kepala Naomi pelan sebelum akhirnya dia melangkah meninggalkan Naomi. Awalnya Naomi tidak bisa mengendalikan diri saat berdekatan dengan Robby, tapi dia berhasil tidak jatuh pingsan.

Besoknya
Hari ini jadwal pulang lebih cepat,karena ada seorang guru yang meninggal karena sakit, jadi keadaan sekolah jauh lebih kosong dari semalam.
Naomi memilih untuk meninggalkan Chika dan Mely di Ruang Redaksi LODTSS dan menuju taman belakang. ‘ Datang atau gak datangnya Robby,aku akan tetap menunggu disini’ ujarnya.
Ditangan Naomi ada kotal bekal miliknya. Naomi memang sekalu membawa bekaldari rumah, agar mencegah kesterilan makanan dikantin.
Tiba Tiba
“ HAI NAOMI...!! lagi apa disini.Ruang Redaksi jauh.. kita isengin yuk..” 3 orang cowok dari Kelas IPS mendatangi Naomi dan duduk disebelahnya. Perasaan Naomi kembali gemetaran. Bahkan kelihatan pucat.
“ Kamu kenapa Naomi..jangan takut gitu donk..” kata mereka lagi dan manrik narik rambut Naomi.
‘ Robby.. please datang.. pelase bantuin aku.....’ Naomi memohon didalam hatinya. Entah itu terkabul atau tidak,namun sebuah keajaiban datang
“ HEY.... sedang apa kalian. JANGN SENTUH DIA...” Naomi tau, itu suara Robby.
“ Robby...!!” Naomi berlari dan bersembunyi di belakang punggung Robby.
“ MAAF.. MAAF..” ujar cowok cowokn iseng itu dan meninggalkan Naomi dan Robby
“ Makasih Robby..” ucap Naomi
“ Gak usah Bilang makasih. Maafin aku ya,karena aku datangnya telat,kamu jadi diisengin sama mereka..” Robby menjauhi Naomi.
“ Gak mau pulang. Biar aku temenin jalan...” Robby berjalan mendahului Naomi, sementara Naomi masih bengong.
Sesaat Robby membalikkan badannya dan memberi isyarat mana pada Naomi untuk mengikutinya. Naomi berjalan perlahan kemudian mensejajarkan langkahnya dengan Robby. Saat itu yang Naomi lakukan hanya memperhatikan Robby dengan ekor matanya. Dan tatapan mata mereka bertemu. Secepat kilat Robby langsung memalingkan wajahnya.
“ Maaf...” ucapnya. Naomi baru sadar akan apa yang dilakukan Robby padany.’ Dia sengaja menjaga jarak denganku agar aku merasanya nyaman dan tidak takut padanya. Dia juga gak banyak ngomong,palingan ngomongin yang penting dan singkat aja, tapi... aku jadi kagum,karna Robby bisa datang disaat yang tepat ketika aku memang membutuhkan pertolongannya...’ Naomi tersenyum simpul
“ Kamu memang betul betultakut sama cowok...???” tanya Robby tanpa melihat kearah Naomi.
“Maafin aku ya,mungkin sejak pertama kali kita bertemu, banyak hal yang aku lakukan yang pastinya membuat kamu takut,sekali lagi maafin aku ya...” lanjut Robby lagi
‘ Hi..hi..hi..hi.. Robby ternyata baik. Dia berbeda dengan cowok cowok lain.’puji Naomi didalam hatinya
“ Kita duduk disitu dulu yuk. Tadi aku belum sempat makan roti milikku yang aku beli dikanti..”ajak Robby, Naomi mengikut dan duduk tak jauh dari Robby, Robby memang sengaja kembali menjaga jarak dengan Naomi.
Hening...!!!
Robby asik sendiri menikmati Roti miliknya sementara Naomi binggung mau menyusun kata kata untuk memberikan bekal yang ada ditangannya
‘ Aku bawa bekal nih.sebagai ucapan terimakasih aku buat kamu karena sudah menemani aku dan membuat aku nyaman didekat kamu.Tidak bagus juga kalau makan roti apalagi disaat makan siang. Bekal yang aku buat kebanyakan.itung itung belajar biar jadi istri yang baik. Duchhh... gimana nih.masak aku diem aja gak bisa ngomong. Kasian kan Robby makan Roti, dan gak mungkin juga aku makan bekal ini sendirian. Akubenar benar gak bisa ngomong...’ Keluh Naomi didalam hati.
“ Biasanya pulang naik apa..???” tanya Robby tiba tiba
“ Hah.. biasanya naik taksi atau bis.. tapi mungkin naik taksi aja..” jawab Naomi
“ Ohh gitu.. ya sudah kalau gitu,akan aku carikan taksi agar kamu bisa lebih cepat pulang. Aku gak bisa nemenin lamalama, coz masih banyak kegiatan yang lain. Gak apa apakan..???” tanya Robby dan menggulung plastik roti miliknya lalu memasukkannhya kedalam tong sampah
“ Ahh.. iya gak apa apa kok. Bisa ketemu kamu gini aja, udah cukup buat aku senang..” Naomi kaget dengan apa yang baru dia ucapkan.
“ Ha..ha..ha..” Robby tertawa. Tawanya manis sekali. Robby mendekati Naomi dan mengacak rambutnya lagi.
“ Ya sudah, tunggu sebenar,aku cariin taksi...” Robby berjalan kepinggir jalan dan memanggilkan taksi untuk Naomi.
“ Tuch aku dan panggilin taksi, sana pulang,dan langsung istirahat kalau sudah dirumah..” ujar Robby pada Naomi. Naomi mengangguk, ‘ Tuhan..!! perhatian sekali dia padaku...’
“ Oh iya tunggu...” Robby menghentikan langkah Naomi yang sipa untuk masuk kedalam taksi.
“ Nih... bawa ini. Aku berikan padamu Alaram tanda bahaya. Mungkin aku gak bisa setiap saat menemani kamu. Selama tugasku belum selesai. Dan kalau saat aku gak ada cowok cowok itu gangguin kamu.kamu bisa pakai Alaram tanda bahaya ini untuk manggilaku...” Robby memberikan sebuah Stopwatch tapi kata Robby itu Alaram tanda bahaya. Warnanya pink. Itu adalah warna kesukaan Naomi. Naomi tersenyum mendengar apa yang baru saja dikatakan Robby.dia sungguh beruntung bisa menemukan TIM PENGOBAT HATI yang sifatnya seperti Robby
“ Trus cara pakainya gimana..???”tanya Naomi
“ Ditarik...”
“ PIP..PIP...PIP..PIP..!!!!” Naomi dan Robby kaget mendengar suara Alaram yang beritu melengking
“ Aku tau sekarang. Kamu pasti akan denger dimanapun kamu berada, habis suaranya kenceng banget...” Tutur Naomi sambil tersenyum.Robby menganggur kepalanya juga sambil tersenyum
“ Ya sudah,kalau gitu, aku pulang duluan.kamu juga hati hati..” Pamit Naomi dan bergegas masuk kedalam taksi
“ Gakmau kasi balasan...???” tanya Robby. Naomi tidak mengerti maksudnya. Dan sekali lagi Robby memeberikan isyarat mata menunjuk kearah kotak bekal milik Naomi.
“ Bukannya itu seharusnya buat aku..???” Ujar Robby.
“ Oh iya.. Nih..makan yang banyak ya. Terima kasih untuk alaram ini. Aku pulang duluan. Bay bay Robby..”
Taksi meluncur meninggalkan Robby yang tersenyum dalam hatinya. Ada kepuasaan tersendiri bagi dia,karena bisa dekat dengan Naomi, namun tersirat rahasia tentang dirinya. Sementara Naomi.tersenyum bahagia. Mungkin,, phobianya sudah mulai hilang dengan keberadaan Robby.
  
Besoknya..
Hari ini, Naomi kembali membawa bekal, dan dia sudah menguatkan dirinya untuk berani mengungkapkan apa yang mau dia katakan pada Robby. Sambil menggenggam Alaram pemberian Robby ditangannya. Naomi menyusuri koridor sekolah menuju taman sekolah, bibirnya terus tersenyum,dan dalam hatinya berkatakata. ‘ Awalnya mataku selalu berkunang kunang dan aku merasa lemas, bahkan tidak berdaya kalau berhadapan langsung dengan cowok,namun dihadapan Robby aku jauh lebih kuat.
Namun langkahnya terhenti tak jauh dari koridor menuju toilet.
“ Jangan Main main lagi Robby. Kenapa kali ini kamu gak bisa konsisten menentukan waktu untuk mengakhiri bersama Naomi,kamu ini kenapa gak becus sih..??” Naomi tidak tau itu suara siapa, tapi dia mencoba untuk lebih mendengar lagi.
“ Aku tau perasaan kamu, tapi kamu gak boleh seperti ini terus. Bahkan aku tidak tau apa yang pernah kamu lakukan padanya.dan bagiamana kita disebut TIM PENGOBAT HATI, karena yang aku tau kamu sama sekali belum membuat Naomi menghilangkan Phobianya..”lanjut cowok itu lagi.
“ Aku ngerti..” jawab Robby.
“ Robby.. aku gak mau tau.pokoknya hari ini kamu harus sentuh Naomi untuk memastikan dia sudah benar benar sembuh dengan phobianya. Dan kalau kamu tidak melakukannya juga tidak membuat hasil yang memuaskan pada Naomi,maka tugasmu akan digantikan oleh yang lain..” Naomi terkejut mendengarnya.
‘Aku gak mau kalau Robby digantikan yang lai..’ujarnya dan berlalu meninggalkan Toilet.
Di Taman, Naomi menunggu Robby dengan hati berdebar debar.
‘ Kali ini aku harus tegar dan kuat,aku masing ingin bersama Robby, aku gak kalau pendampingku diganti.. aku gak berpisah dengan Robby...’ ucap Naomi dalam hatinya.
“ Naomi.. sudah lama...??” Robby datang dan duduk disebelah Naomi
“ Hemmm.. bawa bekal buat aku lagi ya... makasih ya...” ucapnya dan meraih kotak bekal yang ada dipangkuan Naomi,dan secara sengaja dia menyentuh jemari Naomi.
“ Maaf...” ucapnya.
“Boleh aku makan,aku laper..” Pinta Robby, Naoimi Cuma menjawab dengan anggukan .Lalu keadaan kembali seperti biasa, Robby menikmati bekaldari Naomi,sedangkan Naomi kehabisan kata kata dan tidak berani mengungkapkan apa apa pada Robby. Sehabis makan Robby mengembalikan kotak bekalnya pada Naomi
“ Aku masuk dulu ya...” dan berniat meninggalkan Naomi.
“ Robby.. tunggu...” Naomi menahan Robby dan memegang tangannya. Namun Naomi langsung melepaskannya.
“Gak ada,maafin aku Robby...” ucap Naomi lagi.
“ Ya sudah,kalau begitu aku pergi dulu.” Robby membalikkan badannya.berjalan semangkin jauh
‘Aku yakin, pendampingku pasti akan diganti, aku sungguh tidak mau hal ini terjadi, aku gak mau kehilangan Robby...’tanpa sadar Naomi menarik penahan Alaram dan Alaram itu berbunyi.
‘ Kumohon berbaliklah,lihat aku,keberanianku akan muncul ketika melihatmu, aku akan kuat bila ada disampingmu Robby.. Berpalinglah,, tatap aku, kumohon temani aku lebih lama lagi.. Dengarkangemuruh dalam hatiku ini, aku tidak ingin kehilanganmu.. Robby...!!!’ teriak Naomi dalam hatinya
Robby menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang. Robby memutar langkahnya dan kembali menghampiri Naomi.
“ Kenapa Naomi..???” tanyanya dengan suara Parau.
“ Aku tau.. aku tau kamu akan meninggalkan aku cepat atau lambat.. tapi aku tidak bisa membohongi perasaanku.. aku.. aku.. Aku menyukaimu Robby.. aku.. aku nyaman dekat dengan kamu. Dan aku tidak ingin kehilangan itu... Aku mohon jangan pergi... jangan tinggalkan aku Robby... ”Naomi memandangi lekat wajah Robby dalam dalam.air matanya mengalir.
Robby menaikkan tangannya dan menyeka air mata Naomi.
“ Naomi.. untuk apa menangis...” ujarnya.
“ Aku akan jujur padamu.. sebenarnya aku bukan TIM PENGOBAT HATI, sudah lama aku memperhatikanmu, dan aku hanya teman mereka saja. Ketika aku tau, kamu mengirimkan surat pada mereka.aku tidak ingin salah satu dari mereka yang mendampingimu, karena itu aku yang menemanimu. Aku ingin sekali menjagamu, seperti yang aku lakukan sekarang terhadapmu. Aku ingin bersamamu, bagaimanapun caranya. Dan Senangnya aku karena sekarang kamu menahan aku agar aku tidak pergi..” Robby meraih jemari Naomi dan menciumnya hangat.
“Kamu sudah sembuhkan....???” tanyanya sambil tersenyum
“ Bersamamu aku benar benar sembuh Robby..”jawab Naomi..
Robby menjatuhkan tubuh Naomi dalam pelukannya
“ Selama ada aku.. aku gakakan biarin orang lain lagi nyakitin kamu Naomi..” ujar Robby. Naomi menganguk.
   
Ruang Redaksi LODTSS.
Mely sedang duduk di tulang jendela yang terbuka sambil menyeruput jus jeruk miliknya yang baru saja dibelikan Chika. Hampir saja dia kembali mengeluarkan yang ada dimulutnya ketika melihat Naomi bergandengan dengan Robby. Memang Mely belum mengenals siapa Robby, tapi itu cukup membuat Mely kaget.
“ Hei.. Hei.. hei.. itu siapa..kenapa Naomi bisa jalan sama cowok sekeren itu...?? mereka pacaran ya..?? bukannya Naomi takut dekat dengan cowok..???” tanyanya pada Chika.
“ Aku dengar dia minta bantuan sama TIM PENGOBAT HATI...” jawab Chika simpul
“ APA...??? Dia minta bantuan TIM PENGOBAT HATI... kenapa aku gak di kasi tau...?? tapi kelihatannya dia bahagia sekali ya...”ucap Mely sambil merangkul Chika memperhatikan Naomi dan Bona yang berada dilapangan basket.
“ Ya.. Naomi terlihat Bahagia sekali,mudah mudahan.cowok itu gak membuat Phobianya mangkin parah ya..ha..ha..ha..ha...” Kata Chika.
THE END